Hidayatullah.com–Presiden Rusia Vladimir Putin semalam mengingatkan Amerika Serikat bahwa negara itu akan menghadapi tindakan teror yang berlarut-larut dan peperangan yang sia-sia di Iraq seperti yang dialami Uni Soviet di Afghanistan.
Dalam pertemuaan di Moscow yang disiarkan The New York Times semalam, Putin mengatakan Iraq mungkin menjadi pusat baru bagi semua jenis agen kemusnahan.
Putin juga menambahkan sejumlah besar anggota berbagai kelompok pejuang kini sedang tertuju ke negara itu sejak jatuhnya Saddam Hussein.
Menurut pemimpin Rusia itu, pemerintahan Presiden Geroge W Bush perlu bertindak segera mengembalikan kedaulatan Iraq dan memastikan satu resolusi PBB menentukan berapa lama pasukan keamanan PBB perlu berada di Iraq, tulis Times.
“Bagaimanapun penduduk setempat menganggap pasukan AS itu sebagai pasukan penjajah,” kata koran itu memetik Putin.
Menurutnya, sikap permusuhan AS tidak dapat dielakkan selagi tindakan mereka menduduki Iraq tidak mendapat pengesahan PBB.
Putin berkata rakyat mempunyai sebab untuk menggelar kerajaan Saddam penjenayah tetapi beliau mempertikaikan dakwaan Bush bahawa Iraq mempunyai kaitan dengan keganasan dan militan Islam antarabangsa.
Serang AS
Di tempat terpisah, Menteri Luar Rusia Sergei Ivanov mengatakan negaranya bersedia melancarkan serangan ke Amerika Serikat atau negara mana saja jika kepentingan Rusia terancam.
Presiden Vladimir Putin yang bertemu Ivanov pada Kamis lalu juga menyatakan bahwa Rusia masih memiliki senjata nuklir, tulis berita terkemuka Inggris.
Sebelum ini, Putin sudah menandatangani perjanjian dengan Presiden Amerika, George W Bush untuk menghapuskan dua pertiga senjata nuklir masing-masing negara dalam waktu 10 tahun.
Bagaimanapun, para pengamat menilai, milter dan pejabat Rusia marah berikut tindakan bekas sekutu Blok Timur Rusia kini menyertai Natodan usaha menghapus pengaruh Rusia.
Kenyataan itu juga turut merujuk tindakan ASS saat menyerang Iraq.
Bagaimanapun juga, sebelum AS menyerang Iraq, dua negara ini –Rusia dan Iraq– memiliki kepentingan saling menguntungkan.
Karenanya, Rusia tidak menolak menggunakan kekerasan jika kepentingan Rusia atau sekutunya menuntut serangan dilancarkan.
Dalam doktrin terbaru Rusia yang diumumkan tahun lalu, Kremlin membenarkan penggunaan senjata nuklir bagi mempertahankan segala kepentingannya jika penyelesaian lain sudah buntu.
Sikap Rusia ini bisa diartikan ancaman terselubung terhadap AS yang telah banyak mengambil alih kepentingan Rusia di negara-negara Timur Tengah, termasuk Iraq (afp)