Hidayatullah.com—Para veteran perang Bosnia turun ke jalan-jalan di kota Sarajevo untuk menyatakan dukungan mereka kepada Atif Dudakovic, eks jenderal Bosnia. Jaksa menjadikan Dudakovic tersangka kejahatan perang melawan Serbia, tetapi orang-orang Bosnia juga loyal kepada pemimpin mereka yang lain.
Sekitar 100 veteran perang bersama warga lainnya berkumpul di ibukota Sarajevo hari Jumat (4/5/2018), guna memprotes penangkapan eks komandan pasukan Bosnia, Atif Dudakovic. Jenderal yang populer di kalangan rakyat itu dituduh menimbulkan bencana di bulan-bulan terakhir perang Bosnia melawan Serbia tahun 1992-1995.
Para pengunjuk rasa membawa spanduk bertuliskan “Pahlawan, bukan kriminal!” merujuk pada Dudakovic dan 12 orang lain bekas anggota Korps V tentara Bosnia, yang sempat ditahan bersama Dudakovic pekan lalu.
Polisi regional Muharem Fiso, menteri urusan veteran untuk daerah Sarajevo, mengatakan kepada kerumunan orang itu bahwa tentara Bosnia bukan “penjahat” dalam upayanya mempertahankan mayoritas etnis Bosnia melawan etnis Serbia dan Kroasia.
“Setelah pertempuran mulia kami usai, kami hidup untuk melihat hari di mana giliran kami harus membela kehormatan pada jenderal kami” kata Fiso seperti dilansir DW.
Veteran Sanon Musa menggambarkan Dudakovic sebagai “simbol pertahanan Bosnia dan rakyat Bosnia.”
Dudakovic, 64, dan tersangka-tersangka lain dibebaskan dua hari setelah penangkapan hari Jumat lalu. Pengadilan menolak permintaan jaksa yang ingin agar mereka tetap mendekam di dalam sel karena khawatir akan mempengaruhi para saksi.
Menurut jaksa, Dudakovic melakukan kejahatan perang tidak hanya terhadap Serbia, tetapi juga terhadap orang-orang Bosnia yang dekat dengan Fikret Abdic, seorang politisi Bosnia yang menentang kepemimpinan tokoh-tokoh Bosnia selama perang. Pihak berwenang mengatakan kasus Dudakovic dan kawankawan itu didasarkan pada lebih dari 100 wawancara dengan saksi, rekaman video dan bukti-bukti dari pembongkaran makam.
Dudakovic membantah tuduhan jaksa dan mengecam bukti-bukti rekaman video dengan menyebutnya sebagai hasil rekayasa.
Meskipun peperangan telah usai di negara-negara pecahan bekas Yugoslavia, tetapi perpecahan di kalangan mereka –baik berdasarkan etnis maupun agama– masih jelas terlihat baik dalam kehidupan sehari-hari masyarakat maupun di ranah politik.*