Hidayatullah.com—Gereja Katolik Polandia mempublikasikan sebuah laporan yang mengakui bahwa hampir 400 rohaniwannya melakukan pelanggaran seksual terhadap anak-anak dalam kurun 30 tahun terakhir.
Konferensi Para Uskup Polandia mengatakan bahwa laporan statistik itu, yang mencakup periode 1990-2018, mendapati bahwa 382 rohaniwan Katolik melakukan pelanggaran seksual terhadap total 624 korban, termasuk 198 anak usia di bawah 15 tahun dan 184 merupakan anak usia baligh antara 15 dan 18 tahun.
“Kami sadar ini hanyalah puncak dari gunung es,” kata Yesuit Adam Zak, koordinator episkopal Gereja Katolik Polandia yang menangani urusan perlindungan anak dan pemuda, kepada para reporter dalam konferensi pers di Warsawa hari Kamis (14/3/2019) seperti dilansir DW.
“Gereja harus tanpa cela dan tegas dalam menstigmatisasi kejahatan. Namun hal itu harus … juga menunjukkan belas kasih kepada para pelaku apabila mereka berjuang untuk mengubah dirinya, apabila mereka menyesali [perbuatan-perbuatan]nya,” kata Uskup Agung Marek Jedraszewski.
Laporan tersebut merefleksikan temuan-temuan yang dipublikasikan pada bulan Februari oleh Be Not Afraid, sebuah lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang memusatkan perhatian pada kasus-kasus pelanggaran di gereja dan memberikan dukungan kepada para korban pendeta pendofil. LSM itu menyajikan dokumen 27 halaman kepada Paus Fransiskus dalam konferensi tingkat tinggi tentang kejahatan terhadap anak-anak di Vatikan bulan lalu, yang dihadiri oleh uskup-uskup Katolik terkemuka dunia.
Be Not Afraid mendokumentasikan hampir 400 kasus pelanggaran seksual yang dilakukan rohaniwan-rohaniwan di Gereja Katolik dan memaparkan kasus 85 pendeta terpidana pedofilia, serta 88 pendeta lainnya yang kejahatannya pernah diekspos media dan 95 orang lainnya yang dituding sebagai predator seks oleh korban-korbannya.
Laporan tersebut juga menyebut 24 nama uskup agung Polandia dan uskup-uskup yang dituding menutup-nutupi kasus pelanggaran seksual.
Tidak seperti laporan yang dibuat oleh Gereja Katolik Polandia, hasil studi yang dibuat Be Not Afraid mencantumkan nama-nama rohaniwan Katolik pelaku pencabulan.
Gereja Membela Diri Sendiri
Politisi oposisi dari kubu liberal Joanna Scheuring-Wielgus, tokoh sentral dalam penyusunan laporan korban tersebut, hari Kamis (14/3/2019) mengatakan bahwa laporan yang dibuat Gereja Katolik Polandia itu merupakan “tamparan di wajah” para korban.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
“Hari ini Episkopat … membela dirinya sendiri sebagai sebuah institusi, membela para pelaku, dan tidak berpihak di sisi korban,” kata politisi wanita itu, seraya menambahkan bahwa gereja gagal menanggapi isu kompensasi untuk korban.
Uskup-uskup agung yang berbicara dalam konferensi pers menekankan bahwa pedofilia tidak terbatas hanya terjadi di lingkungan Gereja Katolik dan justru lebih banyak terjadi di lingkungan keluarga.
“Namun bagaimana pun, kalaupun hanya ada satu orang korban pencabulan oleh rohaniwan, hal ini hanya membawa rasa duka dan malu,” kata Uskup Agung Wojciech Polak, uskup agung Polandia.*