Hidayatullah.com–Taliban Afghanistan telah membebaskan dua akademisi asing yang ditawannya sejak 2016 guna ditukar dengan tiga militan senior yang dipenjara.
Kevin King warga negara Amerika Serikat dan Timothy Weeks warga negara Australia akhirnya dibebaskan Taliban setelah ditawan selama tiga tahun. Mereka diculik di luar kampus American University of Afghanistan di Kabul di mana mereka bekerja sebagai profesor.
Tiga militan tiba di Qatar dari Afghanistan sebagai bagian dari pertukaran itu.
Para pejabat Afghanistan mengatakan kesepakatan tersebut ditujukan untuk memulai perundingan damai dengan Taliban.
Pekan lalu, Presiden Afghanistan Ashraf Ghani mengatakan keputusan tersebut “berat, tetapi penting” dan diambil dengan dasar “kemanusiaan”.
Tiga militan yang ditukar dengan dua akademisi asing itu adalah Anas Haqqani, seorang tokoh terkemuka dan penggalang dana kelompok militan Haqqani, serta dua komandan senior, yang mendekam dalam penjara di Afghanistan.
Abang dari Anas Haqqani, Sirajuddin, memimpin para pejuang jaringan Haqqani dan merupakan wakil pemimpin Taliban yang memiliki kantor politik di Qatar.
Pihak Taliban juga mengumumkan telah membebaskan 10 anggota Pasukan Keamanan Nasional Afghanistan yang mereka tawan, dan mengatakan bahwa pertukaran tawanan tersebut “sukses dilaksanakan”.
“Tindakan-tindakan ini merupakan langkah maju dan niat baik serta upaya membangun kepercayaan yang dapat membantu proses perdamaian,” kata kelompok itu dalam sebuah pernyataan.
Siapa Ketiga Militan Taliban yang Ditukar?
Anas Haqqani, Haji Mali Khan dan Hafiz Rashid diterbangkan ke dan dibebaskan di Qatar sebagai bagian dari kesepakatan pertukaran tahanan itu.
Anas Haqqani adalah tokoh dari jaringan Haqqani, kelompok bersenjata yang dibentuk ayahnya Jalaluddin Haqqani yang sekarang dipimpin oleh abangnya Sirajuddin yang juga merupakan wakil pemimpin Taliban, kata Riffat Orakzai jurnalis BBC Urdu.
Jaringan Haqqani merupakan salah satu kelompok perjuangan rakyat Afghanistan yang mengangkat senjata mengusir pasukan Rusia (dulu Uni Soviet) yang berusaha menduduki negara yang sangat kaya akan sumber daya mineral tersebut.
Empat saudara lelaki Anas lainnya sudah terbunuh dalam berbagai operasi di Pakistan dan Afghanistan. Anggota keluarga mereka yang tersisa hidup dalam persembunyian.
Jaringan Haqqani berada di belakang sejumlah serangan terorganisir atas pasukan Afghanistan dukungan Barat dan pasukan NATO beberapa tahun terakhir. Mereka juga dituding sebagai biang pemboman berdarah di Afghanistan, termasuk bom truk di Kabul tahun 2017 yang menewaskan lebih dari 150 orang.
Negara-negara Barat menuding Pakistan mendukung jaringan Haqqani dalam menghalau pengaruh dan serangan dari musuh tetangga mereka, India. Tudingan itu dibantah pemerintah Islamabad.
Anas Haqqani diringkus di Bahrain pada tahun 2014. Penculiknya, yang diyakini adalah orang-orang Amerika, menyekapnya di dalam sebuah penjara di Uni Emirat Arab selama beberapa waktu sampai kemudian diserahkan ke pemerintah Afghanistan di Kabul dan dipenjarakan di pangkalan udara Bagram, di mana pasukan Amerika Serikat dan senjumlah negara NATO bermarkas.
Hafiz Rashid merupakan seorang komandan senior Taliban, yang konon terlibat dalam membekali para pelaku bom bunuh diri dan membantu memilihkan target mereka, menurut laporan koran The New York Times. Seorang saudara lelakinya merupakan anggota dari tim negosiasi Taliban yang berkantor di Qatar.
Tidak banyak yang diketahui perihal Haji Mali Khan. Hanya saja dia disebut-sebut merupakan seorang komandan senior.
Apa yang terjadi dengan kedua profesor asing itu?
Kedua pengajar bahasa Inggris itu disergap oleh kelompok berenjata dan diciduk dari sebuah kendaraan ketika mereka pergi meninggalkan kampusnya di Kabul pada tahun 2016.
Anggota US Navy Seals berusaha menyelamatkan mereka beberapa hari kemudian, tetapi Weeks dan King sudah dipindahkan ke tempat lain oleh para penculiknya beberapa jam sebelum pasukan elit Amerika Serikat itu datang.
Weeks yang berasal dari Wagga Wagga di Australia dan Kings yang berasal dari Pennsylvania, Amerika Serikat, pada Januari 2017 muncul dalam sebuah rekaman video di mana mereka meminta agar Donald Trump –yang kala itu baru dilantik sebagai presiden AS– menyetujui kesepakatan untuk pembebasannya.
Hari Selasa (19/11/2019), sebuah sumber Taliban di Afghanistan mengatakan kepada BBC bahwa kedua akademisi itu telah diserahkan di distrik Nawbahar di Provinsi Zabul pada pukul 10:00 waktu setempat.
Menurut keterangan seorang anggota kepolisian yang terlibat dalam pertukaran itu, gencatan senjata 48 jam diberlakukan sebelum pertukaran tahanan dilaksanakan. Kedua dosen tersebut lantas diterbangkan dengan helikopter milik Amerika Serikat.
Kondisi terakhir keduanya belum diketahui, tetapi dalam pidato pekan lalu Presiden Ghani mengatakan bahwa kesehatan mereka memburuk “selama dalam tahanan teroris.”
American University of Aghanistan mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa pihaknya merasa lega dengan pertukaran itu dan akan memberikan semua dukungan untuk Weeks dan King serta keluarga mereka.*