Hidayatullah.com– Sampai saat ini, baru belasan persen atau baru sebanyak 3.502 dosen di perguruan tinggi Islam yang sudah bergelar doktor. Demikian menurut data Kementerian Agama melalui Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) Ditjen Pendidikan Islam.
“Saat ini hanya terdapat sekitar 12 persen (3.502) dosen PTKI yang sudah meraih gelar doktor; 82 persen (23.461) lainnya masih berada di level magister dan 6 persen yang masih S1 (.1514),” dikutip dari siaran pers Kementerian diterima hidayatullah.com di Jakarta pada Rabu (18/12/2019).
Terkait itu sebelumnya Direktorat PTKI Ditjen Pendidikan Islam menggelar 5th Anniversary Program 5000 Doktor di Hotel Ritz Carlton, Jakarta, Selasa (17/12/2019). Pada kesempatan ini, digelar pula peluncuran Integrated Master-Doktor (IMD).
Program ini, menurut Kemenag, dirancang untuk memberikan kesempatan kepada para alumni terbaik Perguruan Tinggi Keagamaan Islam agar dapat menempuh jenjang pendidikan master (S2) lanjut doktor di luar negeri. Program ini akan ditempuh selama 4.5 tahun (9 semester).
Menurut Dirjen Pendidikan Islam, Kamarudin Amin, para lulusan program IMD ini nantinya wajib kembali ke Indonesia dan akan ditempatkan di kampus-kampus PTKI sebagai staf pengajar atau membantu memberikan pelayanan kepada masyarakat di Kemenag.
“Untuk mendapatkan kandidat yang akan mengikuti program ini, kami sebelumnya menyelenggarakan program talent scouting (pencarian bakat) dengan menjaring beberapa orang kandidat terbaik yang berasal dari lulusan terbaik di kampus-kampus PTKI di seluruh Indonesia,” ujarnya dalam sambutannya.
“Mereka inilah yang akan menjadi calon peserta program IMD ini. Di samping itu, kami juga membuka kesempatan seluas-luasnya bagi lulusan PTKI lain yang memenuhi kualifikasi untuk dapat mengikuti program ini,” lanjutnya.
Diinformasikan, pelaksanaan Program 5000 Doktor Luar Negeri telah berjalan dalam rentang waktu perjalanan 5 tahun dari 2014-2019. Program ini muncul dilatarbelakangi oleh paling tidak tiga hal: Pertama, yaitu mendukung penuh arah dan tujuan pembangunan yang telah dicanangkan Presiden Joko Widodo untuk mencipatakan Indonesia maju melalui sumber daya manusia unggul.
Kedua, menurut Kemenag, yaitu kebutuhan untuk terus meningkatkan kualitas Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam agar mendapatkan pengakuan global dan penguatan daya saing lingkup ASEAN melalui peningkatan kualitas tenaga pendidik dan kependidikan PTKI.
Ketiga, yakni untuk mendukung transformasi institusi di lingkungan PTKI.
Menurut Kamaruddin, jumlah penerima beasiswa (awardee) program 5000 Doktor Luar negeri sampai saat ini 538 orang, baik melalui skema beasiswa penuh maupun bantuan penyelesaian studi yang menempuh studi di 24 negara di seluruh dunia dan tersebar di 98 kampus. Sejak diluncurkannya pada 2014 , sampai saat ini sudah ada 84 orang alumni yang sudah kembali ke Indonesia.
Pada rentang waktu 5 tahun, disebutkan bahwa Program 5000 Doktor telah mengembangkan program-program inovatif. Selain program beasiswa regular dimana penerima beasiswa bisa memilih untuk menempuh studi doktoralnya di kampus-kampus terbaik di dunia, terdapat juga skema beasiswa customized program dimana para penerima beasiswa bisa menentukan pilihan studi di kampus-kampus yang telah menjadi mitra Kemenag.
Adapun beberapa skema beasiswa yang telah dikembangkan antara lain: MoARIS dengan kampus di australia (MoRA-ATN Research and Innovation Scholarship (MoARIS) and Special Pathways Leading to Ph.D (SPLP), Belanda (MoRA-Leiden Scholarship on Religion and Society), Canada (MoRA-McGill Scholarship on Religion and Society), Inggris (MoRA-Coventry Scholarship on Trust, Peace, and Social Relations), Mesir (Mora-Canal Suez university scholarship on Arabic teaching; Mora-Institute of Arab Research & Studies (IARS) Arab League Scholarship on Philology), Prancis (MoRA-France Scholarship on Applied Science and Technology).
“Kami juga telah menginisiasi kerja sama-kerja sama baru dengan kampus-kampus di negara Maroko (Ibn Tufayl University, Universitas Qurowiyun) Korea Selatan (SKKU University ) Amerika Serikat, Selandia Baru, Irlandia, dan lain-lain. Beberapa manfaat dari bentuk kerja sama dengan mitra kampus di luar negeri ini antara lain, kandidat mendapatkan program pelatihan bahasa di negara tujuan, sistem monitoring serta evaluasi yang lebih terstruktur di samping juga kementerian agama dapat lebih fokus pada pengiriman dosen dengan bidang-bidang tertentu yang menjadi kebutuhan dan prioritas pada PTKI,” sebutnya.
Menurut Kamaruddin, di masa yang akan datang program kerja sama itu akan terus ditingkatkan dengan beberapa kampus luar negeri sesuai dengan kebutuhan peningkatan kualitas PTKI di Indonesia.*