Hidayatullah.com–Menteri Intelijen ‘Israel’ Eli Cohen telah memimpin delegasi ke Khartoum, kata seorang juru bicara pada Selasa (26/01/2021). Kunjungan tersebut dilaksanakan beberapa bulan setelah Sudan dan negara Yahudi itu mencapai kesepakatan untuk menormalkan hubungan.
Kunjungan Senin menandai pertama kalinya seorang menteri ‘Israel’ memimpin delegasi ke negara Afrika itu, kata kantor Cohen. Media pemerintah Sudan tidak melaporkan kunjungan tersebut.
Kementerian Intelijen ‘Israel’ mengatakan anggota delegasi bertemu dengan kepala negara Jenderal Abdel Fattah al-Burhan dan Menteri Pertahanan Yassin Ibrahim untuk pembicaraan tentang “masalah diplomatik, keamanan dan ekonomi”, lapor The New Arab.
“Memorandum pertama tentang topik ini ditandatangani antara menteri pertahanan Sudan dan Cohen,” katanya.
Kedua belah pihak juga membahas “memperdalam kerja sama intelijen”. “Pihak berwenang Sudan memberi tahu delegasi ‘Israel’ tentang kemajuan mereka dalam membatalkan undang-undang yang memboikot ‘Israel’, dan mengubah undang-undang yang memenjarakan migran Sudan, termasuk ke ‘Israel’, yang kembali ke Sudan,” tambah kementerian itu.
Sudan setuju untuk menormalisasi hubungan dengan penjajah pada Oktober tahun lalu dan delegasi ‘Israel’ mengunjungi Khartoum pada bulan berikutnya. Pada 6 Januari, Sudan menandatangani “Persetujuan Abraham” untuk menormalisasi hubungan dengan ‘Israel’, menjadikannya negara Arab ketiga yang melakukannya setelah Uni Emirat Arab (UEA) dan Bahrain tahun lalu.
Maroko juga menormalisasi hubungannya dengan pemerintah Zionis pada bulan Desember. Khartoum menandatangani perjanjian itu kurang dari sebulan setelah Washington mencabutnya dari daftar hitam “negara sponsor terorisme” sebagai bagian dari quid pro quo.
Tetapi protes terhadap normalisasi terus berlanjut di Sudan. Pada 17 Januari, puluhan pengunjuk rasa berkumpul di luar kantor kabinet di Khartoum dan membakar bendera ‘Israel’. Hingga tahun lalu, Mesir dan Yordania adalah satu-satunya negara Arab yang mengakui negara penjajah, dalam kesepakatan perdamaian bilateral yang dicapai beberapa dekade lalu.
Pemerintah Arab lainnya menolak untuk menormalisasi hubungan sampai pemerintah Zionis mencapai kesepakatan damai yang komprehensif dengan Palestina dan tetangga lainnya. Cohen mengatakan kunjungannya ke Khartoum “meletakkan dasar bagi banyak kerjasama penting yang akan membantu ‘Israel’ dan Sudan, meningkatkan stabilitas regional, memperdalam hubungan kami dengan Afrika dan mengarah pada lebih banyak kesepakatan dengan negara-negara di kawasan”.*