Hidayatullah.com–“Pandemi ini belum akan berakhir dalam waktu dekat dan dengan penyebaran Omicron yang luar biasa ke seluruh penjuru dunia, varian-varian baru kemungkinan akan bermunculan, yang karena itu pelacakan dan asesmen masih tetap sangat diperlukan,” kata bos Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam konferensi pers.
Omicron, varian baru coronavirus yang sangat mudah menular, pertama kali teridentifikasi akhir tahun 2021 dan sekarang sudah merambah ke seluruh dunia, menaikkan angka infeksi baru Covid-19 di Eropa dan banyak negara lain. Pejabat WHO mengatakan bahwa meskipun secara umum varian ini hanya menimbulkan gejala lebih ringan, tetapi masih menyebabkan orang harus dirawat di rumah sakit dan kematian.
“Berbicara semata-mata ini merupakan virus ringan atau kurang parah memberi kesan bahwa ini akan kurang parah dampaknya pada sistem kesehatan. Tidak demikian halnya jika virus tersebut mampu menyebar secara tidak terkendali ke seluruh masyarakat, dan itulah sebabnya kami menyarankan kepatuhan yang berkelanjutan terhadap kebijakan-kebijakan [penanggulangan pandemi] yang ada,” kata Mike Ryan, eksekutif direktur program kedaruratan WHO, seperti dilansir Euronews Selasa (18/1/2022).
Peringatan WHO itu dikemukakan karena pemerintah sejumlah negara bermaksud memperlakukan Covid-19 sebagai penyakit endemik, yaitu penyakit yang biasa ditemukan di antara penduduk seperti virus pilek atau flu.
Maria Van Kerkhove, kepala teknis Covid-19 di WHO, mengatakan bahwa coronavirus “bersirkulasi pada tingkat yang sangat intens di seluruh dunia” dan mendesak negara-negara untuk tidak mengabaikan langkah-langkah kesehatan masyarakat seperti menjaga jarak dan menggunakan masker.
“[Omicron] ini bukan merupakan variant of concern yang terakhir,” katanya.
Varian tersebut saat ini memiliki tingkat kekebalan tertinggi dibanding lainnya, menyebabkan lebih banyak infeksi di kalangan orang-orang yang divaksinasi, kata para pejabat WHO.
“Ketika menghadapi Omicron, banyak vaksin menunjukkan pengurangan kemanjuran terhadap infeksi dan itulah mengapa kita melihat banyak kejadian infeksi (kasus pada individu yang divaksinasi). Namun, kasus-kasus ini kebanyakan tidak menimbulkan sakit parah, dan ini kabar baiknya,” kata Soumya Swaminathan, kepala saintis WHO.
Meskipun demikian, dia memperingatkan bahwa juga ada sedikit penurunan perlindungan yang diberikan vaksin terhadap penyakit parah dari waktu ke waktu. Dengan kata lain, meskipun Omicron terkesan ringan, tetapi orang masih berpeluang mengalami sakit parah akibat varian ini meskipun sudah divaksinasi.
Dia mengatakan WHO masih mencari cara bagaimana negara selayaknya memberikan suntikan booster kepada populasi mereka. Dia menambahkan bahwa fokusnya adalah memvaksinasi dan memberikan dosis utama kepada mereka yang belum divaksinasi (bukan memberikan suntikan booster).*