Hidayatullah.com–Seorang pria berusia 57 tahun yang mencetak sejarah sebagai orang pertama yang menerima transplantasi jantung babi telah meninggal dunia pada hari Selasa (8/3/2022) petang di University of Maryland Medical Center (UMMC), kata pihak rumah sakit.
David Bennett menerima transplantasi jantung babi yang telah dimodifikasi secara genetik tersebut pada 7 Januari 2022.
Kondisinya mulai memburuk beberapa hari lalu, kata pihak rumah sakit dalam sebuah pernyataan yang dirilis hari Rabu. Bennett diberikan “perawatan paliatif yang penuh kasih” setelah jelas bahwa kesehatannya tidak mungkin dapat pulih, lansir Reuters.
Bennett dapat berkomunikasi dengan keluarganya selama jam-jam terakhir masa hidupnya, kata rumah sakit.
Bennett pertama kali datang ke UMMC sebagai pasien pada bulan Oktober 2021 dan dipasangkan mesin bypass jantung-paru untuk membuatnya tetap hidup, tetapi dia dianggap tidak memenuhi syarat untuk menjalani transplantasi jantung konvensional (dengan jantung manusia).
Setelah Bennett dipasangkan jantung babi yang telah dimodifikasi secara genetik untuk mencegah reaksi penolakan tubuh dalam operasi pertama, putranya menyebut prosedur itu sebagai suatu “keajaiban.”
Operasi itu, yang dilakukan oleh tim di UMMC, adalah yang transplantasi pertama yang menunjukkan kelayakan transplantasi jantung babi-ke-manusia, bidang yang dimungkinkan terwujud oleh adanya alat pengeditan gen baru.
Bagi Bennett, prosedur transplantasi jantung babi itu adalah pilihan terakhirnya.
“Sebelum menyetujui untuk menerima transplantasi, Tuan Bennett sepenuhnya diberitahu tentang risiko prosedur, dan bahwa prosedur itu masih eksperimental dengan risiko dan manfaat yang tidak diketahui,” kata rumah sakit.
Pada 31 Desember 2021, Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat memberikan izin darurat untuk operasi dengan harapan bisa menyelamatkan nyawanya.
Jantung yang ditransplantasikan bekerja “sangat baik selama beberapa pekan tanpa tanda-tanda penolakan,” kata rumah sakit pada hari Rabu.
Babi telah lama dibidik menjadi sumber potensial transplantasi karena organ mereka sangat mirip dengan manusia.
Upaya-upaya sebelumnya untuk melakukan transplantasi babi ke manusia gagal karena adanya perbedaan genetik yang menyebabkan penolakan organ atau virus yang menimbulkan risiko infeksi.*