Hidayatullah.com–Siang itu, sebagian warga Kampung Pasir Gombong, Desa Sukamulya, Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat masih melakukan aktivitas di sawah dan kebun. Ada juga yang berdagang.
Tiba-tiba bumi bergoncang. Orang-orang berteriak, “Gempa….gempa…” Yang di dalam rumah berhamburan ke luar. Mereka berlari ke tempat yang lapang untuk menyelamatkan diri.
Gempa bumi dahsyat terjadi pada Senin, 21 November 2022 lalu, sekitar pukul 13.21 WIB. Gempa berkekuatan magnitudo 5,6 itu mengguncang Cianjur dan meratakan bangunan warga. Kemudian beberapa kali terjadi lagi gempa susulan. Goncangannya pun kuat.
Akibat gempa tersebut, ribuan rumah, masjid, pesantren, dan sekolah rusak. Ribuan warga mengungsi. Selain itu, juga menelan ratusan korban jiwa meninggal, serta ratusan korban luka ringan dan berat.
Gempa tidak hanya meruntuhkan bangunan masjid, mushala, dan pesantren. Banyak pula al-Quran, buku Iqra’, dan mukena yang ikut tertimbun reruntuhan.
Ketua DKM Masjid as-Shofa, Ustadz Apep Rahmat, mengisahkan detik-detik terjadinya gempa.
Menurutnya, gempa terjadi setelah Zuhur. Ia baru saja sekitar 15 menit keluar dari masjid dan beristirahat di rumahnya. “Saya sedang istirahat di rumah, tiba-tiba terjadi goncangan sangat keras, saya menduga terjadi kiamat,” ujarnya.
“Abdi teras kaluar, ningali taneuh sanes sapertos kieu (saya terus keluar, melihat tanah bukan seperti ini),” lanjutnya. Apep sambil memperagakan tangannya ke samping kiri dan kanan, kemudian ke atas dan ke bawah.
Apep memaparkan, “Banyak orang yang lari ke luar rumah sambil nangis dan menjerit. Rumah banyak yang hancur, masjid rusak, pesantren juga rusak. Masyarakat tampak ketakutan dan bingung. Warga kemudian diamankan di kebun. Setelah agak aman baru pada melihat bangunan yang rusak.”
“Alhamdulillah, kemudian warga di sini bergotong royong bisa membangun masjid darurat dari kayu dan bilik bambu, karena masjid dan madrasah rusak akibat gempa bumi,” ujar Ustadz Apep Rahmat, Ketua DKM Masjid as-Shofa.
Penyerahan al-Quran
Pada Rabu, 4 Januari 2023 lalu, Yayasan Wakaf Al-Quran Suara Hidayatullah (YAWASH) menyerahkan al-Quran, buku Iqra’, sarung, dan mukena di bangunan darurat Masjid as-Shofa.
“Kami bersyukur dan berterima kasih kepada Yayasan Wakaf Al-Quran Suara Hidayatullah atas bantuan al-Quran, buku Iqra’, sarung dan mukenanya, sehingga kami punya al-Quran baru dan anak-anak bisa mengaji lagi, juga melaksanakan shalat dengan baik,” ujar Apep.
“Terima kasih wakaf al-Quran Hidayatullah. Wakaf al-Quran, Allahu Akbar,” ujar puluhan anak bersamaan.
“Terima kasih, wakaf Quran yes,” ujar Amanda (kelas 3) dan Naya (kelas 1) siswa SDN Pasir Gombong tersenyum.
Menurut Muhammad Aldy, da’i Hidayatullah yang ditugaskan oleh Dewan Pengurus Daerah (DPD) Hidayatullah Cianjur, ada sekitar 100 anak usia PAUD dan SD yang belajar di bangunan darurat Masjid as-Shofa. “Mereka belajar 2 kali seminggu. Namun untuk mengaji, mereka melaksanakannya setiap hari,” katanya.
Menurutnya, perlu sinergi dari berbagai pihak. “Alhamdulillah, di sini ada SAR Hidayatullah, Baitul Maal Hidayatullah, Yayasan Nurul Ashri, Pondok Roja (Rooihatul Jannah) Hidayatullah Sukoharjo,” imbuh lulusan Sekolah Da’i Hidayatullah angkatan 5, tahun 2020 ini.
Sementara itu, Saiful Hamiwanto, Ketua Yayasan Wakaf Al-Quran Suara Hidayatullah menyampaikan ungkapan terima kasihnya kepada para pewakaf.
“Alhamdulillah, Yayasan Wakaf Al-Quran Suara Hidayatullah melalui program ‘Wakaf untuk Daerah Terdampak Bencana’ bisa turut serta menyalurkan mushaf al-Quran, buku Iqra’, sarung dan mukena untuk korban gempa. Juga ada sedikit dana untuk renovasi bangunan masjid,” ujar Saiful.
“Terima kasih kepada para donatur yang telah mempercayakan penyaluran wakafnya kepada kami. Semoga amal jariyahnya dibalas oleh Allah dengan pahala yang berlimpah,” kata Saiful.
Selain di Kp. Pasir Gombong, YAWASH juga menyalurkan mushaf al-Quran di Kp. Cibulakan, Desa Panumbangan, Kec. Cugenang, dan Kp. Jambudipa, Desa Bangbayang, Kec. Gekbrong.
“Hatur nuhun al-Qurana, parantos katampi (terima kasih al-Qurannya sudah diterima),” ujar Euis, warga Kp. Cibulakan.
Kini, warga Kampung Pasir Gombong, Desa Sukamulya mengungsi ke ladang dan kebun yang dianggap aman. Mereka mengungsi tak jauh dari pemukiman mereka. Sementara, ada juga warga yang sudah kembali ke rumahnya karena sudah memungkinkan untuk ditinggali. Rumahnya yang hanya retak ringan sudah diperbaiki.
Letak kampung yang agak jauh dan tertinggi di Kecamatan Cugenang ini hampir luput dari perhatian bantuan. Jarak dari jalan raya sekitar 9 kilometer. Sekitar 4 hari setelah gempa, bantuan kemanusiaan belum bisa mencapai kampung ini.*/Dadang Kusmayadi