Pastikan tilawah dengan menggunakan mushaf al-Qur’an, bukan dengan menggunakan smartphone atau gadget
Oleh: Ida S Widayanti
Hidayatullah.com | SEORANG wanita di China dilaporkan otaknya mengalami penggumpalan darah setelah memainkan ponsel selama 20 jam di kereta api. Saat sampai di stasiun, wanita tersebut pingsan dan dilarikan ke Rumah Sakit Universitas Jinan.
Hasil CT dan MRI menunjukkan ada gumpalan darah dan menyebabkan penyumbatan. Saat operasi, dokter menemukan gumpalan darah berukuran 2 cm dengan jumlah dua kali lebih banyak dari biasanya.
Yang membuat wanita tersebut menggunakan perangkat gadget-nya sedemikian lama karena ia sedang dalam perjalanan jauh. Tak ada yang dapat ia lakukan selain menelepon dan memainkan gadget-nya berselancar di media sosial (medsos).
Kisah di atas menjadi bukti tentang bahayanya menggunakan smartphone dalam durasi panjang. Selain berbahaya secara fisik, terlalu lama menggunakan smartphone juga mengancam jiwa.
Sebuah studi membuktikan bahwa tekanan terus-menerus di media sosial dapat menyebabkan kecemasan dan depresi pada remaja. Sebanyak 42 persen ibu mengatakan, mereka mengalami stres karena bermain medsos.
Peneliti dari Jerman menemukan, melihat keberhasilan teman melalui posting-an dapat memicu perasaan iri, menderita, dan kesepian. Mereka mengamati 600 peserta yang menghabiskan waktu bermain medsos.
Ditemukan, satu dari tiga merasa tidak baik setelah itu. Pada 2015 sebuah studi dari University of British Columbia melaporkan lebih dari 1.100 pengguna Facebook, memiliki reaksi berpotensi iri hati.
Data-data di atas mengingatkan kita tentang penggunaan smartphone yang dapat mengancam kesehatan jiwa seseorang. WHO memperkirakan, tahun 2020 depresi akan menjadi penyebab penyakit kedua terbesar di dunia dan menjadi penyebab terbesar pertama pada tahun 2030.
Bulan Ramadhan adalah momen yang tepat untuk memulai program diet dengan gawai. Memperbanyak tilawah al-Qur’an dapat menjadi terapi bagi orang yang sudah mulai kecanduan menggunakan gawai, baik karena main game atau bersosial media.
Pastikan tilawah dengan menggunakan mushaf al-Qur’an, bukan dengan menggunakan smartphone.
Berlama-lama menggenggam perangkat tersebut, membuat sesorang menjadi semakin jarang saling bergenggaman tangan. Padahal, betapa luar biasanya dampak orang yang saling menggenggam tangan, baik dengan pasangan maupun dengan anak.
Apa saja manfaat menggenggam tangan?
Pertama, genggaman tangan memiliki efek anestesi. Penelitian di Proceedings of the National Academy of Sciences (PNAS), pada awal 2018 menunjukkan genggaman tangan pasangan dapat mengurangi rasa sakit. Gelombang otak kita dan pasangan akan menjadi sinkron sehingga secara berangsur rasa sakit yang dirasakan pasangan hilang.
Kedua, meningkatkan ikatan cinta. Genggaman tangan akan meningkatkan hormon oksitosin yang memperkuat empati dan meningkatkan efektivitas komunikasi antara dua orang, meningkatkan saling percaya, dan menciptakan ikatan yang lebih berkualitas.
Ketiga, meningkatkan kinerja jantung. Studi dari Behavioral Medicine, mengatakan bahwa pegangan tangan juga dapat menurunkan tekanan darah.
Keempat, mengurangi rasa takut, stres, serta memberikan rasa aman dan nyaman. Otak manusia merespon rangsangan ini dengan mengucurkan hormon adrenalin dan mereduksi konsentrasi hormon stress yang disebut kortisol di seluruh tubuh.
Semoga Ramadhan kali ini kita semakin bijak dalam memilih genggaman.
Penulis buku Sebuah Pekerjaan Bernama Ayah