Hidayatullah.com – Kelompok perlawanan Palestina Hamas telah menerima rancangan gencatan senjata baru yang diusulkan oleh Utusan Khusus AS untuk Timur Tengah, Steven Witkoff. Gencatan senjata permanen masuk dalam rancangan tersebut, menurut laporan Al-Aqsa TV.
Proposal kesepakatan itu meliputi 70 hari gencatan senjata, penarikan sebagian tentara ‘Israel’ dari Gaza dan pertukaran tawanan. Di pekan pertama gencatan senjata, nantinya Hamas akan membebaskan lima tawanan ‘Israel’ yang masih hidup. Kemudian lima tawanan lain akan dibebaskan pada akhir gencatan senjata.
Sebagai gantinya, ‘Israel’ akan mundur dari area penting termasuk Jalan Salah al-Din, persimpangan Netzarim dan beberapa bagian dari Morag. Hamas juga meminta penarikan pasukan ‘Israel’ di beberapa zona pemukiman.
‘Israel’ juga diharuskan membebaskan ratusan tahanan Palestina, termasuk yang dijatuhi oleh zionis hukuman seumur hidup. Hingga kini masih ada puluhan ribu warga Palestina di penjara ‘Israel’. Mereka ditahan tanpa pengadilan dan tanpa dakwaan.
Amerika Serikat, Mesir dan Qatar turut terlibat dalam merancang proposal tersebut.
Presiden AS Donald Trump mengonfirmasi bahwa pemerintahannya tengah melakukan kontak langsung dengan ‘Israel’. Ia mengisyaratkan adanya kemajuan dalam perundingan tersebut, dengan mengatakan, “Kita mungkin akan segera mendengar kabar baik dari Hamas di Gaza.” Trump mengatakan AS ingin mengakhiri perang “secepat mungkin.”
Baru-baru ini, tentara berkewarganegaraan Amerika-Israel Edan Alexander dibebaskan oleh Hamas sebagai isyarat niat baik terhadap pemerintahan Trump. Pembebasannya seharusnya dibarengi dengan masuknya bantuan kemanusiaan yang sangat dibutuhkan ke Jalur Gaza yang terkepung, seperti yang dijanjikan oleh utusan AS Steven Witkoff kepada Hamas dan mediator internasional.
Namun, ‘Israel’ menunda dan memanipulasi proses masuknya bantuan, menentang harapan AS dan menempatkan pemerintahan Trump dalam posisi diplomatik yang sulit. Meskipun ada jaminan dari Witkoff bahwa truk yang membawa makanan dan perlengkapan medis akan memasuki Gaza segera setelah serah terima tentara, penjajah ‘Israel’ menunda pengiriman, yang memicu kemarahan di antara para mediator dan semakin memperdalam ketidakpercayaan antara kedua belah pihak.
‘Israel’ memperkirakan bahwa 58 tawanan masih berada di Gaza, 20 di antaranya masih hidup. Pada saat yang sama, lebih dari 10.100 tahanan Palestina masih berada di penjara-penjara ‘Israel’, menghadapi penyiksaan, kelaparan, dan pengabaian medis. Beberapa orang telah meninggal, demikian laporan kelompok-kelompok hak asasi manusia.
Hamas telah berulang kali menawarkan untuk membebaskan semua tawanan ‘Israel’ dengan imbalan penarikan penuh militer dan pembebasan tahanan Palestina. Namun Perdana Menteri ‘Israel’ Benjamin Netanyahu, yang dicari oleh surat perintah ICC, telah menolak tawaran tersebut.
Netanyahu bersikeras untuk menduduki kembali Gaza dan melucuti senjata faksi-faksi perlawanan Palestina, tuntutan yang ditolak mentah-mentah Hamas.*