Rabu, 24 Agustus 2005
Hidayatullah.com–Dalam siaran rohani bertajuk The 700 Club, Robertson menyebut Chavez sebagai "bahaya mengerikan" bagi AS. Karena itu, dia meminta agar AS menghentikan Chavez atas tindakan yang menjadikan Venezuela sebagai negara "pemrakarsa infiltrasi komunis dan ekstremisme Islam".
Chavez selama ini dikenal sebagai sosok kritis terhadap kebijakan Presiden George W. Bush. Presiden yang baru saja bertemu dengan Presiden Kuba Fidel Castro itu menuding AS berada di balik konspirasi penggulingan dan percobaan pembunuhannya. Venezuela memang meminta agar AS menindak "teroris" Venezuela dan Kuba yang ada di Florida, yang disebut melakukan konspirasi anti-Chavez. Washington menyebut tuduhan itu konyol.
"Anda tahu, saya tidak tahu soal doktrin pembunuhan ini. Tapi, dia mengira kita sedang mencoba membunuhnya. Semestinya, kita benar-benar melakukannya. Dengan begini, biayanya lebih murah dibandingkan memulai perang," seru pendiri Koalisi Kristen Amerika itu.
"Saya kira, tidak ada pengapalan minyak yang akan berhenti," lanjutnya. Venezuela merupakan eksporter minyak terbesar kelima. Sebagian besar ekspor minyak ditujukan ke AS. Badan intelijen AS (CIA) memperkirakan, pasar AS terserap hampir 59 persen dari total ekspor Venezuela.
Robertson menuding AS gagal bertindak ketika Chavez sempat digulingkan sebentar pada 2002.
"Kita mampu memaksanya keluar. Saya kira sudah waktunya bagi kita untuk berlatih lagi," katanya.
Dia menyebut, AS tak butuh perang dengan ongkos USD 200 miliar (sekitar Rp 2.000 triliun) lagi untuk menggulingkan seorang diktator. Karena itu, dia meminta dicari cara yang lebih mudah.
Awal tahun lalu, seorang perempuan menyerukan pesan yang sama di sebuah program televisi Miami. Namun pemerintah Venezuela berencana menggugat perempuan itu.
Pat Robertson merupakan salah satu pendeta yang dikenal asal bicara dan dikenal doyan menghina Islam. Beberapa tahun lalu, pendeta Southern Baptist Convention ini sempat mengatakan bahwa Muslim lebih jahat dari Nazi. (ap/jp/hid)