Hidayatullah.com–Surat kabar Amerika Serikat mengungkapkan peran yang dimainkan oleh Jenderal Omar Sulaiman–salah satu yang mencalonkan diri sebagai presiden Mesir–dalam memfasilitasi dan membenarkan invasi Amerika ke Irak pada tahun 2003. Demikian dilansir Islammemo (15/4).
Surat kabar The New Yorker menyebutkan bahwa Omar Sulaiman yang juga merupakan mantan kepala intelijen Mesir, telah berpartisipasi dalam program deportasi rahasia untuk CIA, terhadap sejumlah tersangka yang diduga memiliki hubungan dengan Al Qaeda di sejumlah negara, termasuk Mesir. Tujuannya adalah untuk mendapatkan informasi dari mereka tentang Al Qaeda, namun di bawah penyiksaan.
Surat kabar tersebut juga mengungkapkan, Amerika telah mendeportasi Ibn Syaikh Al Libi kepada dinas intelijen Mesir. Dinas intelijen Mesir melakukan introgasi terhadapnya dengan penyiksaan, hingga dipaksa untuk membuat pengakuan tentang adanya kontak antara Al Qaeda dan rezim Saddam Husein dengan senjata pemusnah massal.
Dalam sebuah berita yang diterbitkan pada tanggal 29 Januari 2011–ketika saat itu jaringan internet di Mesir diputus–, situs Ikhwan online memberitakan bahwa terdakwa tersebut telah menekankan ketidakbenaran pernyataannya tersebut, karena berada di bawah penyiksaan.
Dalam hal ini, intelijen Mesir yang saat itu dipimpin oleh Omar Sulaiman berusaha untuk menguatkan isu adanya hubungan antara rezim Saddam Husein dengan Al Qaeda.
Saat ini Omar Sulaiman telah mendaftarkan dirinya untuk turut bertempur dalam pemilihan presiden Mesir. Pencalonan dia ini akhirnya menuai banyak kritikan dan protes dari rakyat Mesir. Hari Jum’at (13/04/2012) kemarin, jutaan orang dari berdemonstrasi di lapangan Tahrir, memprotes pencalonan Omar Sulaiman sebagai presiden Mesir, karena dianggap sebagai bagian dari rezim Husni Mubarak.*