Hidayatullah.com– Kedutaan Besar (Kedubes) Amerika Serikat untuk Indonesia mengundang Kepala Dinas Syariat Islam Aceh, Prof Dr Syahrizal Abbas, ke kantor dubes di Jakarta, Jl Medan Merdeka Selatan, Kamis, 5 Rabiul Awwal 1437 H (17/12/2015).
“Saya atas nama Pemerintah Aceh diundang oleh Duta Besar Amerika, Robert Blake, dan ingin mengajak berdiskusi tentang syariah di Aceh seperti apa,” ujar Syahrizal saat ditemui hidayatullah.com di Hotel Gren Alia, Kwitang, Jakarta Pusat, Kamis siang usai pertemuan itu.
Dalam pertemuan tertutup sejak jam 10-an pagi hingga siang itu, Syahrizal mengaku ditanya-tanya seputar sejauh mana syariat Islam mengakomodasi hak asasi manusia (HAM).
Ia juga ditanya, apakah syariat Islam bisa memenuhi berbagai keperluan masyarakat Aceh, khususnya peningkatan ekonomi, pendidikan, politik, dan lain-lain.
“Apakah dengan berjalannya syariah ini menyulitkan investasi masuk ke Aceh?” tanya Robert dalam diskusi itu seperti ditirukan Syahrizal.
Termasuk yang ditanyakan, ungkapnya, soal apakah syariat di Aceh itu melakukan tindakan diskriminasi terhadap non-Muslim atau tidak.
Di kedubes AS, Syahrizal diterima bersama sejumlah stafnya dari Aceh. Ia mengaku memberi penjelasan soal syariat Islam dengan mengedepankan pemahaman rasional.
Kepada Robert, Syahrizal menjelaskan, syariat Islam merupakan bagian dari kehidupan masyarakat Aceh yang tidak bisa dipisahkan.
Islam pun, jelasnya, membuka ruang seluas-luasnya agar ajaran ini bisa dilaksanakan oleh semua makhluk. “Islam itu ajaran rahmatan lil alamin, bukan hanya untuk Muslim, tapi seluruh makhluk Allah di muka bumi,” ujarnya.
Menurut Syahrizal, secara umum, pihak kedubes memahami apa yang telah ia sampaikan terkait syariat Islam di Aceh.
Namun dia tak menampik kemungkinan adanya kekhawatiran AS terhadap berlakunya syariat Islam.
Saat media ini meminta dokumentasi pertemuan di kudebes AS itu, Syahrizal mengaku tak punya. Sebab, acara tersebut begitu tertutup. Bahkan ponsel tamu pun tak diperkenankan masuk ruang pertemuan.
“Kamera (yang dipakai mendokumentasikan) hanya dari pihak kedubes,” ujarnya.
Usai wawancara dengan hidayatullah.com hingga sore (jeda shalat Ashar), Syahrizal tampak didatangi seorang wartawan freelance yang berafiliasi ke media massa di AS.
Wartawati tak berjilbab itu, kata Syahrizal sebelumnya, hendak membicarakan soal rencana pembuatan film dokumenter terkait pelaksanaan syariat Islam di Aceh.*