JAGAT maya belakangan ini tiba-tiba dihebohkan dengan kata kunci “Shopee Blackpink” bertepatan dengan event Hari Belanja Nasional (Harbolnas) pada tanggal 12 bulan 12 tahun 2018 ini.
Shopee adalah salah satu satu e-commerce marketplace, sedangkan Blackpink adalah girlband asal Korea Selatan, sesuai namanya terdiri dari para wanita. “Shopee Blackpink” mendadak viral setelah iklannya tampil di berbagai stasiun TV pada jam tayang program acara anak-anak.
Tentu sangat kuat kepentingan bisnisnya antara penayangan “Shopee Blackpink” pada program acara itu dengan Harbolnas pada tanggal 12 ini.
Setiap e-commerce marketplace maupun online shop memang berlomba-lomba memasang iklan masing-masing di berbagai media periklanan.
Tapi bukan di situ inti persoalannya. Yang jadi masalah secara khusus adalah penayangan iklan “Shopee Blackpink” pada program acara TV untuk anak-anak.
Diketahui dalam iklan yang menyebar juga di laman berbagi Youtube tersebut, para wanita dari Blackpink menari dansa dengan mengenakan pakaian mini. Tak perlu dijabarkan lagi bagaimana penampilan mereka dalam tayangan iklan tersebut.
Pastinya, iklan “Shopee Blackpink” pada jam tayang anak-anak itu menuai kecaman dan protes, termasuk dari salah seorang ibu rumah tangga bernama Maimon Herawati.
Maimon Herawati merasa khawatir dengan iklan tersebut yang tayang di sela-sela acara anak-anak. Salah satunya adalah serial kartun ‘Hey Tayo’ yang sangat populer di kalangan anak-anak.
Maimon Herawati, dosen jurnalistik di Universitas Padjadjaran ini, lantas membuat petisi, yang ditujukan kepada Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) serta platform pihak Shopee.
“HENTIKAN IKLAN BLACKPINK SHOPEE!!” judul petisi pada laman Change.org tersebut yang dibuat Maimon Herawati 5 hari lalu terhitung dari tanggal 12 Desember 2018 saat tulisan opini ini dibuat.
Tulis Maimon Herawati dalam petisinya:
“Sekelompok perempuan dengan baju pas-pasan. Nilai bawah sadar seperti apa yang hendak ditanamkan pada anak-anak dengan iklan yang seronok dan mengumbar aurat ini? Baju yang dikenakan bahkan tidak menutupi paha. Gerakan dan ekspresi pun provokatif. Sungguh jauh dari cerminan nilai Pancasila yang beradab.
Iklan Shopee yang menggunakan grup Korea Selatan, Blackpink ini, sering diputar pada program anak-anak. Satu film anak-anak bahkan memuat iklan ini setiap beberapa menit seperti Film Tayo do RTV, Jumat (7/12). Apa pesan yang hendak dijajalkan pada jiwa-jiwa yang masih putih itu? Bahwa mengangkat baju tinggi-tinggi dengan lirikan menggoda akan membawa mereka mendunia? Bahwa objektifikasi tubuh perempuan sah saja?
Di mana letak perlindungan KPI pada generasi penerus bangsa? Kami paham bahwa konsep watershed sulit diaplikasikan dalam jam siar di Indonesia sehingga tidak ada pembatasan kapan jam acara khusus anak, kapan acara khusus dewasa. Namun, setidaknya KPI bisa mengatur jenis iklan yang ditayangkan pada program anak-anak.
Kami menuntut KPI untuk melarang penayangan iklan Shopee dan iklan seronok lainnya di televisi Indonesia, baik pada stasiun TV yang berbayar atau tidak. Kami menuntut Shopee untuk menghentikan iklan seronok mereka pada kanal-kanal media sosial.
Kami mengimbau orangtua-orangtua Indonesia untuk melakukan hal berikut: 1.Memberikan tekanan pada KPI melalui lembar pengaduan;
2. Memboikot Shopee –sepanjang Shopee masih menggunakan iklan seronok- demi masa depan generasi selanjutnya.”
Petisi yang hingga Rabu (12/12/2018) pukul 16.44 WIB telah mendapat dukungan 116.276 tandatangan itu kemudian menuai banyak dukungan. Maimon Herawati tak berjuang sendirian.
“Tapi, bersama emak-emak yang luar biasa,” ungkapnya dalam update petisinya itu (Change.org). Lantas ia menyebut: “Ada Mbak Aprilina, yang bekerja di advertising company dan ikut gemas, ada Mbak Wafa asal Solo yang psikolog, ada Uni Iref yang jauh-jauh dari Payakumbuh, ada Alvi sarjana Humas, Savia ibu yang juga pekerja, Hani sarjana Jurnalistik. Dan kami, berempat, yang meluncur dari Tanjungsari pada pukul empat pagi.”
Setelah “Emak-Emak Tangguh” itu menyampaikan pengaduan ke KPI dan beraudiens dengan Komisi I DPR RI di Senayan, Jakarta, KPI kemudian melayangkan peringatan keras kepada 11 stasiun televisi yang menayangkan iklan “Sophee Blackpink” dan acara “Shopee Road to 12.12 Birthday Sale”.
“Siaran iklan dan program acara tersebut tidak memperhatikan ketentuan tentang penghormatan terhadap norma kesopanan yang diatur dalam Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3SPS) KPI tahun 2012,” kata Ketua KPI Pusat, Yuliandre Darwis (Hidayatullah.com, Rabu, 11/12/2018).
Baca: KPI Minta Stasiun TV Hentikan Iklan “Sophee Blackpink”
Namun begitu, ada-ada saja pihak yang tak setuju dengan petisi tersebut. Maimon Herawati mengungkapkan, ia menerima sejumlah teror dan pem-bully-an usai membuat petisi “Hentikan Iklan Blackpink Shopee” tersebut pada Jumat (07/12/2018). Sejumlah akun media sosialnya pun hilang.
“Akun Facebook saya kena suspend, Instagram saya hilang, ratusan nomor telepon meneror, telepon WhatsApp meneror. Ratusan nomor dari Malaysia dan entah mana lagi menelpon. Meme beredar. Akun palsu IG atas nama saya muncul. Saya tidak bisa menggunakan HP dengan normal,” ungkap Maimon Herawati (Tirto, Selasa (11/12/2018).
Di Twitter, tagar #SHOPEEBLACKPINK1212 masuk trending topic sebagai promosi dari Shopee Indonesia. Lewat tagar ini, banyak akun yang mengungkapkan dukungannya terhadap Maimon Herawati dan petisinya.
“Menurut ku masih wajar seorang ibu yang khawatir anaknya kena dampak tidak baik. Karna memang si BP juga seksi diiklan yang standarnya buat orang indonesia.Waktu pertama lihat pun aku bertanya “kok bisa yah lolos sensor pakaian sprt itu” aku gk nyalahin BPnya #SHOPEEBLACKPINK1212,” tulis @reveluvblinkeu.
Tak sedikit juga yang menolak petisi itu. Bahkan muncul petisi tandingan yang meminta Maimon Herawati diusir dari Indonesia.
Ada juga akun yang meledek dengan mengunggah meme, dimana tampak gambar editan berupa foto wajah mirip Maimon Herawati dipasang pada bagian atas badan empat personel Blackpink. Akun @Vitonggg_ itu pun menuliskan: “Dukung emak maimon jdi member blackpink #SHOPEEBLACKPINK1212.”
Dalam sanubari saya sebagai seorang ayah, tayangan itu memang tak pantas terutama bagi anak-anak. Apa jadinya generasi Indonesia mendatang jika dijejali dengan goyangan wanita seksi? Apakah pantas anak-anak kita menikmati sesuatu yang tidak ada manfaatnya sedikitpun bagi mereka? Miris melihatnya.
Pertanyaan lainnya, apa pentingnya mengimpor budaya-budaya asing seperti itu ke Indonesia yang kental budaya ketimurannya ini?
Pertanyaan senada patut untuk direnungi:
“Apa iya rok mini dan goyangan seperti itu harus tanya ke lembaga sensor? Tanya saja ke hati nurani. Apa pantas semua rakyat Indonesia terutama anak-anak melihatnya. Ada banyak ide iklan yang lebih mendidik dan lebih baik. Tidak perlu ekspor budaya bangsa lain yang tidak sesuai,” tulis Faizal Makhrus, salah seorang pendukung petisi Maimon Herawati tersebut.
“Semoga anak-anak kita dijauhkan dari tayangan-tayangan tak beradab,” tulis Nia Surtinah, Rabu (12/12/2018). Aamiin!*