Oleh: Dr. Kholili Hasib
Hidayatullah.com | “Nafi, Isbat dan Kalam”, merupakan judul buku terbaru Assoc.Prof. Dr. Ugi Suharto. Kami lebih akrab dengan panggilan “Ustadz Ugi”. Buku ini diterbitkan oleh PIMPIN (Institut Pemikiran Islam dan Pembangunan Insan), Bandung dan Yayasan Bentala Tamaddun Nusantara, Yogyakarta.
Dr Ustadz Ugi merupakan tipologi sarjana Muslim yang menguasai banyak bidang keilmuan. Saat ini beliau dosen ekonomi di University of Buraimi, Oman.
Sebelumnya, Ugi berkelana ke berbagai negara Asia Tenggara, Timur Tengah dan Eropa, mengajar berbagai bidang ilmu. Setelah menyelesaikan program doktornya di ISTAC (International Institute of Islamic Thought and Civilizations) di bawah bimbingan Prof. Syed Muhammad Naquib al-Attas (Prof. Al-Attas), ustadz Ugi pernah mengajar Hadis di ISTAC.
Tahun 2008 Dr Ugi menjadi dosen di University College of Bahrain (UCB), kemudian pindah mengajar di Inggris, di Markfield Institute of Higher Education (MIHE). Kemudian kembali ke Bahrain, mengajar di Ahlia University dan Bahrain Institute of Banking and Finance (BIBF).
Pengalaman internasional semakin memantapkan kematangan ilmu yang dikuasainya. Di sela-sela kesibukannya mengajar di berbagai negeri, Dr Ugi meluangkan waktu memberi pengkajian-pengkajian pemikiran Islam secara online kepada para sarjana, mahasiswa dan peminat pemikiran Islam di Indonesia.
Dalam berdiskusi dan memberi pelajaran, beliu selalu menjawab pertanyaan-pertanyaan dengan argumentasi yang sangat tertib, sederhana tapi mendalam, tidak panjang bertele-tele. Satu lagi ciri khas beliau, kehalusan bahasa dan kerapian menyusun argumentasi.
Beberapa tahun lalu, pria kelahiran Ciamis, Jabar ini sempat membuka kelas terbatas mengkaji buku Prolegomena to the Metaphysics of Islam bab Intuition and Existence karya Prof Al-Attas melalui melalui aplikasi skype. Waktu itu belum begitu kenal aplikasi google meeting dan zoom meeting.
Saya beruntung diberi izin beliau mengikuti kajian ini hingga selesai. Sebelumnya, beliau memberi ruang diskusi tentang hadis melalui grup whatsapp.
Saat ini, pria berusia 56 tahun ini kembali membuka kelas dars (belajar, red) buku Prolegomena to the Metaphysics of Islam dimulai dari introduciton (pembukaan) diikuti oleh hampir dua ratus peserta dari Indonesia, dan Malaysia secara rutin setiap pekan.
Dr Ugi membaca kalimat perkalimat buku tersebut, menterjemahkan dan menerangkan maksudnya. Persis ngaji kitab kuning di pesantren-pesantren tradisional.
Hanya saja dars yang dibaca ini bahasa Inggris. Dars ini sangat penting bagi kita untuk mengenal secara detil pokok-pokok pemikiran Prof. Al-Attas. Agar kita tidak salah paham terhadap gagasan-gagasan besar dan ide-ide mendasar Prof. Al-Attas.
Memahami gagasan besar yang bersifat filosofis harus dari orang yang sangat dipercayai otoritatif. Gagasan besar Prof. Al-Attas tidak cukup dipahami hanya dengan membaca buku, tanpa mendapatkan syarahan dari sarjana yang dipercayai ahli maksud ide-ide besarnya. Kesalahan memahami sebuah pemikiran besar itu biasanya berangkat dari kemalasan untuk belajar kepada orang yang otoritatif. Mencukupkan dengan membaca artikel di internet itu bisa mengelirukan.
Dr Ugi pernah beberapa kali menyatakan, pemikiran Prof. Al-Attas ini pemikiran masa depan umat Islam.
Saya selalu mengingat-ingat pernyataan ini.
Suatu saat mungkin kita akan temukan lagi banyak lagi faidah-faidah untuk merespon perkembangan pemikiran Islam saat ini. Dalam bukunya, ditulis satu judul tentang buku Prolegomena to the Metaphysics of Islam.
Tulisan ini bertujuan menjelaskan kembali dasar-dasar penting dalam pandangan hidup Islam atau yang disebutnya the worldview of Islam. Karena pada hari ini, dasar-dasar ini telah dicemari oleh pandangan hidup Barat sekular (Western secular worldview).
“Buku ini ingin mengetengahkan kembali beberapa aspek apa yang Islam istbatkan dan dipegang teguh oleh para ulama kaum Muslimin serta umatnya. Buku ini juga ingin mengutarakan apa yang Islam nafikan dari beberapa isu yang timbul dalam pemikiran sebagian kaum Muslimin yang berasal dari pandangan hidup di luar Islam. Buku ini juga menampilkan beberapa diskusi dan perdebatan serta wawancara penulis dengan lawan dan kawan bicara. Oleh itu maka dibuatlah judul buku ini sebagai “Nafi, Isbat dan Kalam – Bunga Rampai Postulat Pemikiran Islam” (hal.xiv).
Maksudnya, dalam pemikiran Islam setidaknya terdapat tiga dinamika aktivitas; mengisbat, menafikan dan berkalam. Konsep-konsep dan pemikiran yang telah dipegang teguh oleh para ulama, menjadi tradisi para sarjana Muslim dan atau telah menjadi ijma’ perlu diperkukuh oleh kaum Muslimin. Pemikiran yang abash yang harus diikuti umat Islam. Itulah isbat.
Adapun konsep atau pemikiran yang keluar dari pegangan para ulama, bukan tradisi sarjana Muslim tetapi tradisi “asing” dan yang bertabrakan dengan konsep yang sudah isbat, maka harus dinafikan. Menafikan berarti mengeluarkan pemikiran-pemikiran yang tidak compatible dalam tradisi keilmuan Islam.
Berkalam maksudnya menjawab isu-isu dalam bentuk diskusi lisan atau tulisan terhadap pemikiran-pemikiran yang tidak berdasar pada pandangan hidup Islam.
etiga ini, isbat, nafi dan kalam jika diamalkan maka pemikiran Islam menjadi dinamis. Sejauh ini, pemikiran Islam masih bisa bertahan di tengah invasi dan internalisasi worldview Barat sekular.
Namun, dari topik-topik yang ditulis olehnya dalam buku ini yang berkisar tentang; sekularisme, pluralisme, hermenutika, peradaban, epistemologi, dan sejarah periwayatan hadis setidaknya pembahasan di sepanjang bunga rampai ini menyentuh tema yang langgeng dalam pemikiran Islam, baik dalam rangka menafikan, mengisbatkan, atau berkalam (berdialog) dengan persoalan yang lebih khusus di dalam dunia keilmuan Islam.
Kesimpulan bunga rampai buku ini adalah; memperkukuh worldview Islam adalah modal dan pedoman bagi seorang sarjana Muslim zaman ini untuk terlibat di dalam persoalan intelektual yang dinamis yang dihadapinya. Wallahu a’lam bisshawab.*