Hidayatullah.com– Seorang bekas kepala sekolah Yahudi khusus putri didudukkan di kursi terdakwa dalam kasus pencabulan murid perempuan di kota Melbourne, Australia.
Malka Leifer, seorang warga negara Israel berusia 56 tahun, di Pengadilan Negeri negara bagian Victoria mengaku tidak bersalah atas 29 dakwaan yang dikenai atas dirinya.
Pencabulan dilakukan wanita itu di Adass Israel School, di kediamannya di Melbourne dan saat kegiatan sekolah di kota kecil Blampied dan Rawson antara tahun 2003 dan 2007.
Pihak sekolah memanggil guru kelahiran Tel Aviv itu dari Israel pada 2001, ketika tiga kakak-beradik yang menjadi korbannya berusia 12, 14 dan 16, kata jaksa penuntut Justin Lewis kepada juri dalam sesi pembukaan persidangan, lapor Associated Press.
Sepengetahuan para korban, guru wanita tersebut dibawa ke Australia dari Israel untuk mengajar di sekolah karena dia memiliki reputasi baik, kata Lewis.
Leifer menikah dan memiliki delapan anak, dua di antaranya lahir pada 2004 dan 2005 saat dia bertugas di sekolah tersebut, kata Lewis.
Dia mulai bertugas di sekolah itu sebagai kepala studi keagamaan dan pada 2003 diangkat menjadi kepala sekolah. Dia kemudian memutuskan untuk memberi posisi sebagai pengajar ketiga kakak-beradik itu setelah mereka lulus sekolah tingkat menengah atas.
Leifer memiliki kecenderungan untuk memanfaatkan dan mengambil keuntungan dari kerentanan korbannya, ketidaktahuan mereka tentang hal-hal berkaitan dengan seks dan posisinya sebagai orang yang memiliki otoritas, papar Lewis.
Ketiga korban merupakan gadis lugu yang berasal dari komunitas tertutup Yahudi Hasidik ultra-Ortodoks di Melbourne. Keluarga mereka tidak memiliki televisi, koran, majalah atau akses internet di rumah, kata Lewis.
“Di dalam komunitas itu tidak dibenarkan membicarakan hal-hal yang buruk perihal seseorang yang memiliki posisi terhormat di masyarakat, terutama oleh anak-anak,” kata Lewis. “Oleh karena mereka dibesarkan di dalam sebuah komunitas ultra-Ortodoks, ketiga korban tidak memiliki pengetahuan atau pemahaman apapun perihal seks ketika mereka mengalami pencabulan.”
“Sebagai bagian dari praktik agama dan budaya mereka, para korban tidak diajari apapun tentang seks sampai mereka bertunangan untuk menikah,” imbuhnya.
Leifer duduk di tempat terdakwa di bagian belakang ruang sidang mengenakan rok hitam panjang, sweter hitam dan emas dan balutan rambut hitam, memegang buku hitam kecil di tangannya.
Gadis tertua di antara ketiga korban adalah seorang siswa dan kemudian menjadi guru di sekolah tersebut ketika dia diduga dicabuli oleh Leifer.
Saudari itu “tidak tahu perihal seks dan tidak tahu bahwa orang saling menyentuh. Dia bingung,” kata Lewis.
“Dia merasa terlalu takut untuk bergerak dan takut akan konsekuensinya jika dia menyuruh terdakwa untuk berhenti, terutama karena terdakwa memiliki jabatan tinggi di sekolah,” kata Lewis.
Leifer meninggalkan sekolah tersebut pada 2008. Ketiga gadis itu melaporkan pelecehan yang mereka alami kepada pekerja sosial Chana Rabinowitz, psikiater Lorraine Dennerstein dan psikolog Vicki Gordon antara 2008 dan 2014, papar Lewis.
Pada tahun 2008 Rabinowitz mulai melaporkan kecurigaannya terhadap Leifer kepada pihak berwenang.
Pengacara pembela terdakwa Ian Hill mengatakan kepada juri bahwa satu dari ketiga gadis itu mengatakan kepada Gordon bahwa “dia yakin dia telah menyerahkan keperawanannya” kepada seorang pria saat masih duduk di bangku sekolah menengah atas. Seorang mantan suami dari saudari lain akan bersaksi bahwa dia pernah mendengar istrinya mengatakan bahwa Rabinowitz “membesar-besarkan” hubungannya dengan Leifer dan “berbicara melebih-lebihkannya,” kata Hil.
Pengacara itu juga mengatakan bahwa satu dari tiga bersaudara itu memberikan keterangan kepada psikiater Natalie Krapivensky yang bertentangan dengan sebagian dakwaan.
Ketiga saudara perempuan itu memiliki “kehidupan di dalam rumah yang sangat sulit” karena ibu mereka “secara fisik, verbal dan emosional melecehkan mereka masing-masing dengan cara yang tak terbayangkan dan sadis,” papar Hill.
“Akan ada bukti-bukti lain tentang hubungan yang positif, bersinar, dan pantas antara ketiga saudara perempuan itu dan Ny. Leifer,” kata Hill. “Masalahnya akan diungkap apakah, pada kenyataannya, mereka menganggap Ny. Leifer, pada dasarnya, sebagai orang tua pengganti mengingat apa yang terjadi di rumah.”
Leifer menyangkal adanya aktivitas seksual di antara mereka. Tetapi Hill mencatat bahwa ketiga perempuan itu cukup dewasa untuk secara hukum menyetujui tindakan seksual yang dituduhkan dalam 21 dari 29 dakwaan.
Ketiga korban dijadwalkan memberikan kesaksian di persidangan mulai hari Kamis kemarin.
Sebelumnya pada hari Selasa hakim Mark Gamble memberikan perintah tutup mulut yang membatasi media dalam melaporkan sejumlah aspek dari kasus tersebut. Hal-hal yang tidak bisa diungkapkan ke publik dilarang ditulis..
Anggota masyarakat yang terpilih menjadi juri dalam kasus ini dipanggil pada hari Selasa dan persidangan dijadwalkan memakan waktu enam pekan mulai hari Rabu (8/2/2023).*