Hidayatullah.com—Langkah Arab Saudi mengumumkan 10 aturan baru sepanjang bulan Ramadhan tahun ini, termasuk mengurangi volume pengeras suara masjid selama shalat tarawih, telah membuat kecewa umat Islam di seluruh dunia.
Selain itu, peraturan baru itu juga mengatur bahwa siaran shalat di masjid secara langsung di televisi dilarang dan orang tua juga dilarang membawa anaknya ke masjid untuk menunaikan shalat.
Melalui dokumen yang dikeluarkan dan didistribusikan Jumat lalu oleh Menteri Urusan Islam negara yang bersangkutan, Sheikh Dr. Abdullatif Abdullaziz Al-Sheikh mengatakan, bulan suci Ramadhan akan dikontrol dan mereka yang berada di pemerintahan Arab Saudi harus menaatinya.
Tanggal Tidak Diperpanjang
Selain itu, kata dia, perintah lainnya adalah shalat tarawih tidak diperpanjang dan shalat tahajud hanya dilakukan pada 10 hari terakhir Ramadhan. “Jemaah juga tidak boleh menggunakan kamera di masjid untuk memotret imam dan jemaah saat shalat dan tidak menyebarkan shalat atau menyiarkannya di semua jenis media,” kata Abdullatif dikutip Middle East Monitor (MEMO).
Kementerian juga melarang masjid mengumpulkan sumbangan untuk menyelenggarakan buka puasa bagi orang yang berpuasa, dan buka puasa harus diadakan di area yang ditentukan, yaitu di halaman masjid dan bukan di dalam masjid itu sendiri, selain dilakukan di bawah tanggung jawab para imam dan muadzin.
Imam juga diberi tanggung jawab untuk mengizinkan jamaah yang ingin tinggal di masjid untuk beri’tikaf dan tidak disediakan kamar atau tenda sementara untuk berbuka puasa.
Para imam dan muadzin juga diwajibkan untuk hadir selama bulan Ramadhan kecuali jika diperlukan dimana ketidakhadiran mereka tidak boleh melebihi waktu yang ditentukan.
Kecewa
Namun, aturan dan larangan baru ini membuat kecewa umat Islam di seluruh dunia, terutama di media sosial. Banyak netizen khususnya muslim yang mengungkapkan kekecewaannya melalui status Twitter dan Facebook, bahkan ada portal yang juga vokal menyuarakan isu tersebut.
Di Twitter, ada pengguna yang mengungkapkan ketidaksenangan dan tidak setuju dengan hal-hal tertentu, tetapi mengakui alasan di balik penerapannya. Menurut mereka, masyarakat Muslim di negara lain tidak boleh menghadapi masalah atau larangan apapun selama bulan Ramadan.
Pengguna media sosial lain menyebutnya tidak masuk akal dan menyedihkan, sementara yang lain mengatakan itu adalah upaya lain untuk secara perlahan menurunkan citra Islam. “Sudah waktunya untuk mengakhiri monarki absolut yang jahat,” demikian ciutan pengguna lain.
Identitas Baru Saudi
Menurut analis Sami Hamdi dalam kicauannya di Twitter, perubahan itu merupakan langkah menuju identitas baru Arab Saudi yang tidak mengutamakan Islam sebagai pilar utama. Sami menyatakan bahwa Putra Mahkota Arab Saudi, Pangeran Mohammed Salman sedang berusaha untuk mendorong Islam keluar dari kehidupan publik.
Sami menambahkan, karena Ramadhan adalah waktu ibadah dan perayaan, penting untuk menyediakan tenda kecil di mana orang dapat berkumpul, bersosialisasi, dan terhubung. Padahal, kata dia, semua umat Islam perlu diperlakukan sama, tidak memandang ras atau etnis.
Namun dalam wawancara dengan TV lokal, juru bicara Kementerian Urusan Islam, Abdullah Al-Enezi, menepis pihaknya melarang buka puasa di masjid. Kementerian justru mengaturnya sehingga tetap menjaga kesucian dan kebersihan masjid—termasuk juga soal larangan memungut sumbangan.
Tentang larangan merekam dan menyiarkan shalat, dia menyatakan bahwa itu bertujuan untuk menghindari eksploitasi dan ketidakpercayaan kepada imam dan penceramah jika terjadi kesalahan—lebih-lebih jika kesalahan itu tak disengaja.*