Di antara tanda-tanda seorang itu layak sebagai mursyid (guru tarekat) menuru Imam Ghozali ia tidak mencintai dunia, seorang ulama alim, ahli ibadah dan mengikuti syariat Islam
Hidayatullah.com | IMAM Al Ghazali menjelaskan syarat yang harus dipenuhi sebagai seorang mursyid. Karena mursyid (guru tarekat, red) merupakan wakil dari Rasulullah ﷺ. Dimana seorang mursyid haruslah seorang ulama. Meski tidak semua ulama layak mengemban tugas ini. (Ayyuhal Walad, hal. 60).
Yang dimaksud ulama disini adalah ulama dalam ilmu syari`at juga akhlak, yang mengetahui aib-aib pada hati. (dalam Syiraj Adz Dzulumat, hal. 80).
Imam Al Ghazali menyatakan, ”Aku akan menjelaskan kepadamu sebagian tanda-tandanya secara global, agar tidak sembarang orang mengklaim bahwa ia seorang mursyid.” (Ayyuhal Walad, hal. 60).
Tidak Mencintai Dunia
Di antara tanda-tanda seorang itu layak sebagai mursyid adalah, bahwa ia bukan orang yang mencintai dunia. Dan ia telah mengikuti seseorang yang memiliki bashirah. Dengan demikian terjadi sambung-menyambung pengikutannya kepada Rasulullah ﷺ. (dalam Ayyhual Walad, hal. 60).
Hal ini dikarenakan cinta kepada dunia merupakan sumber sebagala keburukan. Dengan demikian, siapa saja yang ingin terhindar dari kerusakan, maka semestinya ia tidak cinta kepada dunia. (dalam Syiraj Adz Dzulumat, hal. 80).
Melakukan Riyadhah
Tanda yang ke dua adalah, bahwa ia adalah orang yang baik dalam riyadhahnya. Yakni dalam sedikit makan dan minum, sedikit bicara dan sedikit tidur, serta memperbanyak shalat, sedekah dan puasa. (dalam Ayyuhal Walad, hal. 61).
Dzu Nun Al Mishri menyatakan,”Hikmah tidak akan tinggal di perut yang penuh dengan makanan.” (dalam Syiraj Adz Dzulumat, hal. 81).
Sedangkan yang dimaksud dengan lapar bukanlah lapar yang melemahkan badan dan menganacam ibadah. (dalam Syiraj Adz Dzulumat, hal. 81).
Mengikuti Akhlak Syeikh
Ketika seorang mengikut seorang syeikh (guru tarekat, red) yang memiliki bashirah, maka ia menjadikan akhlak sebagai jalannya. Hal itu seperti sifat tawakkal, syukur, tawakkal, yakin, lapang dada, qana`ah, ketengan hati, lemah lembut dan tawadhu`, ilmu dan kejujuran, malu dan menepati janji, ketenangan, keseriusan serta semisalnya. (dalam Ayyuhal Walad, hal. 61).
Mengenai bencana yang berasal dari lisan Malik bin Dinar berkata,”Jika engkau melihat bahwa hatimu keras dan kemalasan pada badanmu serta seretnya rizkimu, maka ketahuilah bahwa engkau terlalu banyak melakukan banyak berbicara yang tidak perlu. (dalam Syiraj Adz Dzulumat, hal. 81).
Sulit Menemukan Siapa yang memenuhi Syarat
Dengan demikian ia merupakan cahaya dari cahaya-cahaya Nabi ﷺ, yang layak untuk diikuti. Namun Al Ghazali menegaskan, ”Akan tetapi keberadaan orang seperti itu jarang, ia lebih langka dari kibrit merah.” (dalam Ayyuhal Walad, hal. 61).*