Hidayatullah.com—Beberapa negara telah mulai mengevakuasi warganya dari Sudan karena pertempuran antara Angkatan Bersenjata Sudan dan Pasukan Pendukung Cepat (RSF) paramiliter berlanjut di Khartoum dan beberapa kota terdekat.
Menurut Kementerian Kesehatan Sudan, pertempuran sejauh ini telah menyebabkan sedikitnya 424 orang tewas dan sekitar 3.730 terluka. Pihak berwenang Mesir pada hari Minggu mengevakuasi 436 warga dari Sudan melalui jalur darat, menurut Kementerian Luar Negeri Mesir.
Misi diplomatik Mesir di Khartoum, Port Sudan dan Wadi Halfa akan terus berkoordinasi dengan warga Mesir di Sudan untuk memastikan proses evakuasi mereka berjalan lancar, lapor Xinhua. Sejauh ini, lebih dari 10.000 warga Mesir dilaporkan berada di Sudan.
Sejak awal konflik di Sudan pada 15 April, maskapai Mesir EgyptAir telah menangguhkan penerbangan ke dan dari Bandara Internasional Khartoum.
Sementara itu, Kementerian Luar Negeri Tunisia mengumumkan pada hari Ahad bahwa evakuasi warganya dari Khartoum akan dimulai pada Senin. Di Accra, menurut Kementerian Luar Negeri Ghana, persiapan sedang dilakukan untuk mengevakuasi warga Ghana yang terdampar di Sudan.
“Sejumlah warga Ghana, terutama pelajar, terkena dampak konflik. Namun, semuanya dilaporkan selamat,” menurut pernyataan tersebut.
Di Roma, Menteri Luar Negeri Italia Antonio Tajani mengatakan warga sipil dan diplomat Italia yang ingin meninggalkan Sudan telah dibawa keluar dari Khartoum ke Djibouti, lapor Kantor Berita Jerman (dpa).
“Saya bangga dengan kerja tim yang berhasil dalam operasi evakuasi yang rumit,” tulis Tajani di Twitter.
Tajani sebelumnya mengumumkan evakuasi sekitar 200 warga sipil dan staf kedutaan termasuk warga Swiss, pekerja kedutaan Vatikan dan sekitar 20 warga Eropa lainnya.
Sementara itu, pemerintah Spanyol juga mengevakuasi warga dan diplomatnya, kata Menteri Luar Negeri José Manuel Albares.”Kami mengulangi seruan kami untuk gencatan senjata dan dimulainya kembali dialog di Sudan,” katanya di Twitter.
Menteri Pertahanan Margarita Robles sebelumnya mengatakan bahwa Spanyol berencana mengerahkan total enam pesawat sebagai bagian dari operasi evakuasi.
Di Filipina, Departemen Luar Negeri Filipina pada Senin mengatakan sedang bersiap untuk mengevakuasi hingga 50 warga Filipina yang terdampar di Sudan.
Wakil Menteri Luar Negeri Eduardo de Vega mengatakan kelompok pertama kemungkinan akan meninggalkan Khartoum, ibu kota Sudan ‘dalam waktu 24 jam’, lapor Xinhua.
Dia mengatakan sebuah bus akan membawa warga Filipina dari Khartoum ke Sudan utara dekat perbatasan Mesir, sebelum menuju ke bandara yang terletak di Kota Aswan.
Banyak orang Filipina di Sudan tidak berdokumen dan sekitar 500 orang Filipina telah mengirim email ke kedutaan Filipina di Mesir untuk mendaftar.
Sebuah kapal yang membawa warga Arab Saudi dan warga negara lain dari Sudan yang terkena dampak pertempuran tiba di Jeddah kemarin, televisi negara Saudi melaporkan evakuasi publik pertama yang diumumkan sejak pertempuran pecah di sana.
“Kapal evakuasi pertama dari Sudan telah tiba, membawa 50 warga Saudi dan beberapa warga dari negara lain,” menurut televisi resmi Al-Ekhbariyah.
Kapal berlabuh di pelabuhan Laut Merah Jeddah di mana empat kapal lain yang membawa 108 orang dari 11 negara berbeda diperkirakan tiba kemudian dari Sudan, kata pengacara itu.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Perang Saudara
Ratusan orang tewas dalam pertempuran sengit antara pasukan militer yang setia kepada komandan militer Abdel Fattah al-Burhan dan saingannya, Mohamed Hamdan Daglo, yang memimpin Pasukan Dukungan Cepat (RSF).
Pada 16 April 2023, militer Sudan menyerang RSF melalui serangan udara di wilayah Khartoum. Setidaknya ada 56 orang warga sipil tewas.
Kedua pihak bersaing memperebutkan kekuasaan saat faksi-faksi politik tengah melakukan negosiasi guna membentuk pemerintahan transisi usai kudeta militer tahun 2021.
Sudan berada di timur laut Afrika dan salah satu negara terbesar di benua seluas 1,9 juta kilometer persegi. Itu juga salah satu negara termiskin di dunia dengan 46 juta orang hidup dengan pendapatan tahunan rata-rata US$750 per orang.
Penduduk Sudan sebagian besar beragama Islam, sedangkan bahasa resmi negara tersebut adalah bahasa Arab dan Inggris. Pertempuran keduanya sejauh ini telah menewaskan sedikitnya 424 orang dan melukai sekitar 3.730 orang.*