Hidayatullah.com–Pemerintah Sudan akhirnya berkomitmen untuk melaksanakan Resolusi DK PBB untuk menyelesaikan masalah di Darfur. Sikap Sudan ini menindaklanjuti tekanan dunia internasional, terutama Amerika Serikat (AS) yang beberapa hari ini tengah berusaha melakukan intervensi.
Menteri Luar Negeri Negara Sudan, Najib Al Khair Abdul Wahab menyatakan, pemerintahannya berkomitmen untuk melaksanakan Resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk menyelesaikan permasalahan di Darfur. Kendati demikian, Wahab mengingatkan, pemberian waktu yang lebih lama, akan membuat upaya militer Sudan melucuti senjata milisi Janjaweed lebih efektif. Demikian diungkapkan Wahab di Khartoum, Sudan, Senin (9/8).
Keterlibatan Israel
Sementara itu, Liga Arab Minggu (8/8) kemarin mengatakan menolak dijatuhkannya sanksi terhadap pemerintahan Sudan atas terjadinya krisis di Darfur seperti diusulkan oleh beberapa negara Barat dan PBB.
Wakil Presiden Sudan Ali Osman Mohamed Taha mengatakan, “Sudan berusaha melakukan yang terbaik namun karena ada masalah logistik dan keterbatasan, tenggat waktu yang diberikan kurang tepat dan sesuai.”
Peperangan di Darfur telah membuat lebih dari satu juta orang warga meninggalkan rumah serta kampung halaman mereka, sementara dua orang juta lainnya kini terancam keselamatan jiwanya akibat kekurangan makanan, obat-obatan yang dikatakan PBB kondisi itu menjadikan Darfur sebagai wilayah yang terkena krisis kemanusiaan yang terparah.
Liga Arab yang berkantor pusat di Kairo, setelah mengadakan pertemuan darurat tingkat menteri sepakat mengatakan sanksi hanya mengakibatkan dampak yang buruk bagi seluruh rakyat Sudan dan membuat masalah tersebut semakin rumit.
Liga Arab juga menolak ikut berperan serta kekuatan asing dalam menangani masalah dalam negeri Sudan menyikapi Inggris dan Australia yang menyatakan siap untuk ditempatkan di wilayah konflik Sudan.
Pemerintah Khartoum dan Perserikatan Bangsa-Bangsa telah membuat kesepakatan untuk segera melucuti senjata kelompok milisia Janjaweed dan kelompok pemberontak lainnya, serta meningkatkan keamanan di Darfur serta mengakui adanya krisis kemanusiaan.
Sementara itu, temuan terbaru pihak pemerintah menyebutkan, Israel ikut bermain dan berada di belakang kaum pemberontak di Darfur, Sudan. Menurut Khartoum, para pemimpinnya pemberontak kerap katahuan mengunjungi negara Yahudi itu.
Aktifnya Israel sebagai pendukung kaum pemberontak Darfur itu diungkapkan Menlu Sudan Mustafa Osman Ismail yang berbicara kepada wartawan di sela-sela pertemuan khusus Liga Arab di atas.
Informasi mengenai hubungan dekat para pemberontak di Darfur dengan pihak Israel, menurut Osman Ismail, berdasarkan pengakuan para pentolan pemberontak dari kelompok Gerakan Keadilan dan Kesetaraan (JEM) yang berbeda pandangan dengan rekan-rekan mereka dua hari lalu. Perbedaan pandangan para tokoh JEM itu, kata Musa, berlatar belakang pada keterkaitan kepemimpinan organisasi tersebut dengan pihak Israel. (l6c/mi/ap/cha).