Hidayatullah.com—Pemerintah Suriah mendesak Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk mengambil tindakan terhadap Amerika Serikat (AS) terkait aksi pendudukannya di sebagian wilayah Suriah dan pengambilan sumber daya alam secara ilegal di beberapa bagian wilayah tersebut, demikian kutip SANA.
Pemerintah Damaskus juga menuntut kompensasi atas tindakan Washington yang digambarkan sebagai “penjarahan” sumber daya gas dan minyak negara tersebut.
SANA dalam artikelnya Minggu lalu mengutip surat yang dikirimkan Kementerian Luar Negeri dan Ekspatriat Suriah kepada Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres dan Albania selaku Presiden Dewan Keamanan PBB (DK PBB).
Dalam tuntutannya, Suriah meminta agar AS berhenti melakukan pelanggaran hukum internasional ata apa yang dilakukan pasukannya yang berada secara ilegal di wilayah timur laut dan tenggara negara itu.
Kementerian Luar Negeri Suriah juga mengklaim bahwa Washington dan kelompok militan sekutunya juga menjarah “kekayaan dan sumber daya strategis negara”.
Berdasarkan perkiraan yang disampaikan dalam surat tersebut, kementerian menyatakan bahwa nilai kerusakan pada sektor minyak dan mineral Suriah akibat invasi, penjarahan dan sabotase terhadap militer AS berjumlah $115,2 miliar.
Perkiraan jangka waktu kerugian dan kerusakan akibat sabotase tercatat mulai tahun 2011 hingga akhir semester pertama tahun 2023.
Tuntutannya adalah agar AS berhenti melanggar hukum internasional yang dilakukan pasukannya yang berada secara ilegal di wilayah timur laut dan tenggara Suriah.
Kementerian Luar Negeri Suriah juga mengklaim bahwa Washington dan kelompok militan sekutunya juga menjarah “kekayaan dan sumber daya strategis negara”.
Suriah dilanda perang saudara sejak awal 2011 ketika rezim Bashar al-Assad menindak pengunjuk rasa pro-demokrasi dengan senjata tajam. Kekerasan yang dilakukan Bashar memancing kelompok oposisi bangkit melawan pemerintahan Presiden Bashar Assad.
Pada tahun 2015, Assad mengundang Rusia untuk melakukan intervensi guna membantu pasukan pertahanannya melawan ancaman yang muncul dari ISIS. Setahun sebelumnya, Washington juga meluncurkan kampanye militernya sendiri namun tidak atas undangan dari Damaskus.
Korban kekejaman Bashar al Assad menurut PBB diperkirakan mencapai lebih dari 350 ribu orang. Namun kelompok hak asasi manusia memperkirakan jumlah korban tewas berkisar 500.000-600.000.
Lebih dari 14 juta harus meninggalkan rumah mereka, menjadi pengungsi atau pengungsi internal, menurut Uni Eropa. Sebagian besar pengungsi Suriah banyak Turki, sebagian kecil lain berapa di Eropa dan negara Timur Tengah.*