Hidayatullah.com—Seorang pria berusia 58 tahun di Amerika Serikat (AS) menjadi pasien kedua di dunia yang menerima transplantasi jantung babi hasil rekayasa genetika. Transplantasi organ dari hewan ke manusia, yang disebut xenotransplantasi dinilai dapat memberikan solusi terhadap masalah kurangnya donasi organ manusia.
Melalui operasi terbaru pasien yang bernama lengkap Lawrence Faucette, tidak dapat menerima jantung manusia karena penyakit pembuluh darah yang dideritanya, selain komplikasi pendarahan internal. Para ahli menjelaskan, tanpa melakukan transplantasi eksperimental, ayah dua anak ini hampir pasti akan menderita gagal jantung.
Para ahli menjelaskan, tanpa melakukan transplantasi eksperimental, ayah dua anak ini hampir pasti akan menderita gagal jantung. “Faucette sekarang dapat bernapas dengan sendirinya dan jantung baru dapat bekerja dengan baik tanpa memerlukan dukungan peralatan,” kata universitas tersebut dalam sebuah pernyataan.
“Satu-satunya cara adalah dengan melakukan transplantasi jantung menggunakan jantung babi dan saya berharap prosedurnya berjalan dengan baik dan saya juga memiliki harapan untuk sembuh,” kata Faucette sebelum operasi dikutip AFP.
Ia juga diberikan obat anti penolakan baru dan terapi antibodi untuk mencegah reaksi yang mungkin mempengaruhi tubuhnya.
Lebih dari 100.000 warga AS saat ini berada dalam daftar tunggu untuk menerima transplantasi organ. Kedua prosedur transplantasi jantung tersebut dilakukan oleh tim ahli dari Fakultas Kedokteran Universitas Maryland, dengan pasien pertama meninggal dua bulan setelah transplantasi pada tahun lalu.
Penelitian xenotransplantasi awal berfokus pada penggunaan organ dari primata, misalnya jantung monyet ditransplantasikan ke bayi baru lahir yang dikenal sebagai ‘Baby Fae’ pada tahun 1984, namun bayi tersebut hanya bertahan 20 hari.
Upaya saat ini berfokus pada babi, yang dianggap sebagai donor yang cocok untuk manusia karena ukuran organnya, pertumbuhannya yang cepat, dan reproduksinya yang cepat serta dibiakkan dalam skala besar sebagai sumber makanan.
Awal bulan lalu, Institut Transplantasi Rumah Sakit NYU Langone di New York mengumumkan keberhasilan operasi serupa pada pasien mati otak yang memecahkan rekor mampu berfungsi tanpa masalah selama 61 hari.*
Yuk bantu dakwah media melalui BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH)