‘Sebagai orang Turki, kami merasakan penderitaan besar saudara-saudari Palestina di hati kami,’ kata Recep Tayyip Erdogan.
Hidayatullah.com – Turki mengumumkan tiga hari berkabung nasional untuk menghormati mereka yang tewas dalam serangan Gaza baru-baru ini di Gaza, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengumumkan pada hari Rabu.
Masa berkabung nasional selama tiga hari telah dinyatakan sebagai “persyaratan penghormatan kita terhadap ribuan martir, yang sebagian besar adalah anak-anak dan warga sipil yang tidak bersalah,” kata Erdogan pada acara X.
“Sebagai orang Turki, kami merasakan penderitaan besar saudara-saudari Palestina di hati kami,” tambah Erdogan dikutip Anadolu Agency.
Sebelumnya, Mesir mengumumkan tiga hari berkabung nasional bagi para korban serangan udara ‘Israel’ terhadap sebuah rumah sakit di Gaza. Wilayah terkepung itu kini mengalami krisis kemanusiaan yang parah karena tidak adanya listrik, sementara air, makanan, bahan bakar, dan pasokan medis hampir habis.
Setidaknya 471 orang tewas dan 342 lainnya terluka dalam serangan udara ‘Israel’ di Rumah Sakit Alma’madani (Baptis) Al-Ahli Al-Arabi di Jalur Gaza pada Selasa malam, kata Kementerian Kesehatan Gaza pada Rabu. Namun ‘Israel’ membantah bertanggung jawab atas serangan udara tersebut.
Konflik dimulai pada 7 Oktober ketika Hamas memulai “Operasi Taufan Al-Aqsha” (Operasi Badai Al-Aqsha), sebuah serangan mendadak yang mencakup serangkaian peluncuran roket dan infiltrasi ke ‘Israel’ melalui darat, laut, dan udara.
Dikatakan bahwa serangan tersebut merupakan pembalasan atas penyerbuan dan penodaan terhadap Masjid Al-Aqsha, meningkatnya kekerasan yang dilakukan oleh pemukim ‘Israel’ terhadap warga dan perempuan-perempuan Palestina.
Militer ‘Israel’ kemudian melancarkan “Operasi Pedang Besi” terhadap sasaran pejuang milisi Hamas di Jalur Gaza.
Sekjen PBB Antonio Guterres menyerukan “gencatan senjata kemanusiaan segera” untuk meringankan “penderitaan besar umat manusia.”Setidaknya 3.478 warga Palestina sejauh ini telah gugur, sementara angka tersebut mencapai lebih dari 1.400 orang di kubu ‘Israel’.*