Hidayatullah.com – Dua negara mayoritas Muslim, Turki dan Qatar, membentuk skuadron udara gabungan sebagai upaya meningkatkan koordinasi, interoperabilitas dan keamanan regional.
Dibentuknya skuadron udara gabungan itu setelah Panglima Angkatan Udara Turki (THK) Jenderal Ziya Cemal Kadıoglu bertemu Komandan Angkatan Udara Emirat Qatar, Staf Mayor Jenderal Jassim Bin Mohamed Al-Mannai di Pangkalan Udara Dukhan pada pekan lalu (27/08/2024).
Petinggi militer dari dua negara itu kemudian memutuskan membentuk “Skuadron Gabungan Qatar-Turki”, menurut Kementerian Pertahanan Qatar, yang hadir juga dalam pertemuan tersebut.
Selain itu sejumlah petinggi militer lain dari kedua belah pihak juga hadir untuk memeriksa “kemajuan pekerjaan dan pelatihan” dan “persiapan dan fasilitas terbaru”.
Kunjungan ini dilakukan lima tahun setelah Turkiye meresmikan pangkalan militer tersebut pada saat Qatar berada di bawah blokade yang diberlakukan oleh Arab Saudi, Uni Emirat Arab (UEA), Bahrain, dan Mesir.
Selama krisis diplomatik yang berlangsung selama hampir empat tahun itu, Ankara merupakan sekutu regional utama yang mendukung Doha, yang mengarah pada hubungan bilateral yang lebih kuat dan koordinasi yang lebih baik di antara keduanya, termasuk di sektor pertahanan dan kerja sama militer.
Meskipun krisis tersebut telah berakhir, pembentukan Skuadron Gabungan Qatar-Turki di pangkalan udara yang sama menandakan penguatan kerja sama kedua sekutu.
Kedua belah pihak dilaporkan akan mendapatkan keuntungan dari perjanjian ini, dengan pilot-pilot pesawat tempur Qatar yang sebagian besar belum berpengalaman dapat mendapat pelatihan dari pilot-pilot Turki yang lebih berpengalaman dan siap tempur.*