Hidayatullah.com– Banjir besar dan tanah longsor di Nepal menewaskan lebih dari 120 orang di berbagai daerah di negara yang terletak di Pegunungan Himalaya itu.
Puluhan lainnya masih dinyatakan hilang pada hari Ahad (29/9/2024) setelah dua hari hujan lebat menggenangi lembah di sekitar ibu kota Kathmandu, merendam ribuan rumah.
Meskipun hujan diperkirakan akan terus berlanjut sampai hari Selasa (1/10/2024), ada tanda-tanda mereda pada hari Ahad.
Sebagian warga sudah dapat kembali ke rumah mereka yang dipenuhi lumpur pada hari Ahad, sementara yang lainnya masih terisolasi karena jalan utama penghubung kota-kota dan desa-desa masih terputus.
Sejauh ini, lebih dari 3.000 orang telah diselamatkan menurut juru bicara pemerintah.
Banjir bandang disertai tanah longsor menyebabkan banyak kematian. Lebih dari 60 orang masih hilang, kata pihak berwenang pada hari Ahad.
Lima orang, termasuk seorang wanita hamil dan seorang anak perempuan berusia empat tahun, tewas ketika sebuah rumah ambruk akibat tanah longsor di kota Bhaktapur, di sebelah timur Kathmandu, menurut laporan media pemerintah.
Dua mayat dikeluarkan dari bus yang terkubur tanah longsor di Dhading, sebelah barat Kathmandu. Dua belas orang, termasuk pengemudi, dikabarkan berada di dalam bus malang tersebut.
Enam pemain sepak bola juga tewas akibat tanah longsor di sebuah pusat pelatihan yang dioperasikan oleh Asosiasi Sepak Bola Seluruh Nepal di Makwanpur, di sebelah barat daya ibu kota.
Sejumlah orang lainnya tersapu air bah. Dalam sebuah pemandangan dramatis, empat orang hanyut terbawa arus di Sungai Nakkhu di bagian selatan lembah Kathmandu.
“Selama berjam-jam, mereka terus meminta pertolongan,” kata Jitendra Bhandari, seorang saksi mata, kepada BBC. “Kami tidak bisa berbuat apa-apa.”
Hari Om Malla kehilangan truknya setelah terendam banjir di Kathmandu.
Dia mengatakan kepada BBC bahwa air “menyembur” ke dalam kabin truk saat hujan semakin deras pada Jumat malam.
“Kami melompat keluar, berenang, dan berhasil lolos – tetapi dompet, tas, dan ponsel saya hanyut di sungai. Saya tidak punya apa-apa sekarang. Kami bermalam di tempat yang dingin.”
Seorang lain, Bishnu Maya Shretha, mengatakan banjir kali ini lebih ekstrem.
“Kami sempat menyelamatkan diri pada banjir sebelumnya, tetapi tidak terjadi apa-apa. Namun kali ini semua rumah terendam banjir,” katanya.
“Saat permukaan air naik, kami harus membongkar atap dan keluar dari sana. Kami melompat dari satu atap ke atap lainnya sampai akhirnya mencapai sebuah rumah beton.”
Juru bicara pemerintah Prithvi Subba Gurung mengatakan kepada media plat merah Nepal Television Corporation bahwa banjir juga telah merusak jaringan pipa air, saluran telepon dan listrik.
Menurut laporan media pemerintah, 10.000 petugas polisi, serta relawan dan tentara, dikerahkan dalam upaya pencarian dan penyelamatan.
Pemerintah Nepal mengimbau masyarakat untuk menghindari perjalanan yang tidak perlu, dan melarang mengemudi di malam hari di kawasan lembah Kathmandu.
Perjalanan udara juga terdampak pada hari Jumat dan Sabtu, banyak penerbangan domestik ditunda atau dibatalkan.
Musim angin muson kerap mengundang banjir dan menyebabkan tanah longsor setiap tahun di Nepal.
Para ilmuwan mengatakan kejadian curah hujan menjadi lebih intens disebabkan perubahan iklim. Atmosfer yang lebih hangat dapat menahan lebih banyak uap air, sementara air laut yang lebih hangat memberikan energi pada sistem badai, sehingga membuatnya menjadi lebih tidak menentu atau lebih sulit diprediksi.*