Hidayatullah.com– Paus Fransiskus, hari Jumat (24/1/2025) dalam rangka World Communications Day, mengecam era “disinformasi dan polarisasi” ketika dia mengkritik kekuatan media sosial yang justru dipergunakan untuk menyuburkan fanatisme dan kebencian.
Paus berusia 88 tahun itu — yang sebelumnya sudah memperingatkan akan bahaya teknologi baru, termasuk media sosial dan kecerdasan buatan — tidak secara langsung menyebut Facebook atau X (dulu Twitter), tetapi arah dari kritikannya tersebut jelas.
“Sekarang ini, komunikasi terlalu sering tidak memunculkan harapan, tetapi justru ketakutan dan keputusasaan, prasangka, ketidaksukaan, fanatisme dan bahkan kebencian,” tulis Paus dalam pesannya, seperti dilansir AFP.
“Terlalu sering mereka menyederhanakan realitas untuk memancing reaksi naluriah; menggunakan kata-kata seperti pisau cukur (tajam, red); bahkan menggunakan informasi palsu atau yang diputarbalikkan secara sengaja untuk mengirim pesan yang dirancang untuk mengagitasi, memprovokasi atau melukai,” imbuhnya.
Dalam pidatonya yang mengutip Martin Luther King Jr., Fransiskus mengatakan bahwa dia memimpikan “komunikasi yang tidak menyebarkan ilusi atau ketakutan, melainkan yang mampu memberikan alasan untuk berharap.”
Dia memperingatkan tentang algoritma yang memberikan informasi kepada pengguna media sosial yang secara khusus disesuaikan dengan minat dan prasangka mereka.
“Sistem digital seperti itu… dengan membentuk kita berdasarkan logika pasar, mengubah persepsi kita terhadap realitas,” kata pemimpin Gereja Katolik Roma itu.
“Sebagai akibatnya, kita menyaksikan, seringkali tanpa daya, semacam atomisasi kepentingan yang akhirnya merusak fondasi eksistensi kita sebagai sebuah masyarakat, kemampuan kita untuk bergabung dalam mengejar kepentingan bersama, untuk mendengarkan satu sama lain dan memahami sudut pandang masing-masing.”
Awal bulan ini di dalam pesan Tahun Baru yang ditujukan kepada pada diplomat Vatikan, Paus Fransiskus menyampaikan keprihatinannya akan peningkatan polarisasi di dalam masyarakat, “yang diperparah dengan pembuatan dan penyebaran berita-berita palsu secara terus menerus.”
Paus Fransiskus sendiri sudah banyak kali menjadi korban rumor, kabar burung, berita palsu, dan manipulasi foto secara daring.
Ketika memberikan apresiasi terhadap kerja jurnalis, Paus Fransiskus berbicara tentang tanggung jawab kolektif awak media untuk bekerja menghadapi disinformasi dan polarisasi yang begitu marak akibat penguasaan terhadap data dan informasi massa yang begitu besar yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Kritikan Paus itu dimunculkan setelah belum lama ini platform X, yang dimiliki sebagian besar sahamnya oleh Elon Musk, dituding membiarkan bahkan menyuburkan penyebaran berita palsu. Elon Musk sendiri secara langsung dengan memanfaatkan platformnya secara terang-terangan mengusik politik Eropa, menyerang para pemimpinnya termasuk Kanselir Jerman Olaf Scholz dan Perdana Menteri Inggris Keir Starmer.
Miliarder itu memanfaatkan X dan kekayaannya untuk mendukung secara terbuka Donald Trump.
Meta, perusahaan induk sejumlah aplikasi media sosial populer, dihujani kecaman setelah awal bulan ini pemimpin Mark Zuckerberg mengatakan bahwa Facebook mengakhiri program cek fakta yang dilakukan pihak ketiga di platform Facebook di Amerika Serikat. Ini artinya, informasi bohong, palsu, fitnah, pesan kebencian, gambar-gambar dan video tidak patut, semakin bebas disebar melalui Facebook.*