Hidayatullah.com– Dua ilmuwan Prancis akan dihadirkan di pengadilan sebagai terdakwa setelah melakukan aksi protes dramatis di Konsulat Rusia di Marseille pekan ini, dengan alasan terdorong oleh konflik antara Rusia dan Ukraina.
Pihak kejaksaan hari Rabu (26/2/2025) mengatakan bahwa kedua orang itu adalah pegawai dari lembaga penelitian utama milik pemerintah CNRS. Mereka mengaku melemparkan alat peledak atau bom rakitan ke arah gedung Konsulat Rusia di kota Marseille, bagian selatan Prancis. Tiga botol plastik dilemparkan ke taman di sekitar gedung Konsulat pada hari Senin (24/2/2025) bertepatan dengan tiga tahun invasi Rusia ke Ukraina.
Botol-botol tersebut – dua di antaranya meledak – berisi nitrogen dan sejumlah bahan kimia lain. Beruntung tidak ada yang terluka dalam peristiwa itu dan tidak ada laporan kerusakan.
Satu dari peneliti itu merupakan insinyur dan satunya pakar kimia. Keduanya dihadirkan di pengadilan pada hari Kamis, lapor RFI.
Menurut jaksa Nicolas Bessone, keduanya membenarkan tindakan mereka dalam konteks konflik Rusia dan Ukraina.
Kedua peneliti itu didakwa dengan tuduhan merusak properti dengan alat yang dapat membahayakan manusia dan membuat alat peledak atau alat pembakar tanpa izin, kata Bessone, jaksa Marseille.
CNRS merupakan badan riset yang melakukan penelitian di berbagai bidang keilmuan dan memiliki lebih dari 1.100 laboratorium di berbagai wilayah Prancis. CNRS mempekerjakan sekitar 33.000 orang termasuk dari bekas Uni Soviet.
Koran daerah La Provence melaporkan bahwa kedua pria itu – berusia 40-an dan 50-an – teridentifikasi mengikuti aksi unjuk rasa pro-Ukraina di depan Balai Kota Marseille pada hari Senin.
Pihak Kedutaan Rusia di Paris mengatakan bahwa sebelum insiden pihaknya sudah meminta pihak Prancis untuk memperketat pengamanan di sekitar gedung-gedung misi diplomatik Rusia karena dikhawatirkan adanya serangan atau provokasi.
“Meskipun demikian, serangan seperti itu akhirnya tetap terjadi,” kata Kedutaan Rusia.
Moskow menyebut insiden itu sebagai”serangan teroris”, sementara pemerintah Prancis mengecam “pelanggaran keamanan terhadap kompleks misi diplomatik manapun”.
Komite Penyelidikan Rusia, yang bertugas menangani kasus-kasus kejahatan besar, hari Selasa mengatakan pihaknya sudah melakukan investigasi sendiri dan sedang mempersiapkan permohonan bantuan legal internasional.*