Hidayatullah.com—Pakar filsafat Islam dari Universitas Islam Darussalam (UNIDA) Gontor, Dr. Syamsuddin Arif mengatakan tidak semua ilmu menjamin keselamatan akhirat.
Pernyataan ini disampaikan mengutip salah satu karya monumental Imam Al-Ghazali al-Munqidz minad Dhalâl, yang menyoroti krisis intelektual dan pengalaman pencarian kebenaran sejati Sang Imam.
“Ilmu sebanyak apa pun tidak akan cukup jika tidak disertai taqwa dan pemurnian jiwa,” ujarnya mengutip pernyataan Sang Hujatul Islam tersebut.
Meski menguasai berbagai cabang ilmu, Imam Al-Ghazali justru sempat merasa hatinya kosong, pikirannya kacau, dan jiwanya tidak tenang.
Dalam pemaparannya, ia mengungkap bahwa al-Munqidz minad Dhalâl tidak sekadar autobiografi, tetapi juga karya filosofis yang mendalam, bahkan diduga menginspirasi pemikiran tokoh Barat seperti Rene Descartes.
Kitab tersebut telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa dunia, termasuk Indonesia, Inggris, Jerman, Belanda, hingga Spanyol.
Menurut doktor dari International Institute of Islamic Thought and Civilization (ISTACdi Malaysia (IIUM) ini, Imam Al-Ghazali mengalami fase “krisis pengetahuan”.
“Bagi Al-Ghazali, hakikat ilmu adalah pengetahuan yang pasti, jelas, tidak mungkin salah, dan menenangkan hati,” ujarnya, mengutip isi kitab tersebut.
Pria yang juga mengambil pascadoktoral di Orientalisches Seminar, Johann Wolfgang Goethe University Frankfurt, Jerman ini juga menegaskan ada empat jalur pencarian kebenaran dijelaskan oleh Al-Ghazali.
Pertama, nalar para ahli kalam, Kedua, filsafat para ilmuwan, ketiga, esoterisme kelompok bathiniyyah, dan terakhir tasawuf para sufi. Dari keempatnya, Al-Ghazali akhirnya memilih jalan tasawuf sebagai jalan keselamatan.
“Imam Al-Ghazali menilai jalan tasawuf sebagai jalan yang memadukan ilmu dan amal, membersihkan hati dari sifat tercela, serta mengosongkan batin dari selain Allah,” jelasnya.
Al-Ghazali sendiri menjalani uzlah (pengasingan diri) selama satu dekade, meninggalkan jabatan dan popularitas demi memurnikan niat dan mendekatkan diri kepada Allah.
Ia menyimpulkan bahwa hanya dengan taqwa dan melawan hawa nafsu, manusia bisa mencapai kebahagiaan akhirat.*/Nabil Abdurrahman (UNIDA)