Hidayatullah.com—Dengan izin Allah, hujan yang turun deras disertai angin sangat kencang Selasa (14/01/2014) menyebabkan banjir bandang di Manado.
Hujan yang bermula sejak pukul 20.00 Wita terjadi hingga keesokan hari tidak berhenti. Bahkan pagi hari jauh lebih deras.
“Suasananya cukup mencekam,” terang Murdianto, da’i Hidayatullah di Manado.
Menurut Murdianto, pukul delapan pagi banjir pun datang, tapi masih setinggi lutut orang dewasa. Warga masih belum panik dan tidak ada pemikiran untuk mengungsi.
“Banjirnya masih dianggap kecil,” ujarnya.
Baru ketika masuk waktu siang, tepat pukul 11 siang, tiba-tiba banjir bandang dan air menggulung apa saja, layaknya tsunami.
Murdianto yang kebetulan Ketua Search and Rescue (SAR) Hidayatullah Manado ini langsung turun di lokasi banjir sejak pagi hingga banjir menerjang.
“Saya langsung mengevakuasi warga untuk mengungsi,” ujarnya.
Saat itu, hujan terus menerus selama dua hari, dan ditambah meluapnya Danau Tondano di Kabupaten Minahasa, membuat beberapa pintu air di danau tersebut harus dibuka.
Akibatnya, DAS Tondano yang membelah Kota Manado, tak mampu menampung debit air yang meluap.
Kondisi itu diperparah dengan air pasang laut, hingga air tertahan dan menggenangi rumah hingga setinggi atap.
Murdianto menambahkan bahwa banjir yang terjadi tahun ini adalah banjir terbesar selama kurun 14 tahun.
“Banjir bandang seperti ini pernah terjadi di tahun 2000 lalu,” ujarnya.
Menurut catatan Murdianto, banjir terjadi di tiga kota, yakni Manado, Minahasa dan Minahasa Utara.
Di Manado, banjir merendam 10 kecamatan yakni Paal II, Wenang, Tikala, Sario, Tuminting, Singkil, Wanea, Mapanget, Paal IV dan Bunaken.
Korban
Akibat musibah ini, banyak harta dan jiwa melayang.
“Dampak banjir bandang dan longsor hingga saat ini 16 orang meninggal dunia.
Selain itu terdapat dua orang yang masih dinyatakan hilang. Pengungsi saat ini sekitar 4.000 jiwa. Rumah rusak diperkirakan mencapai 1.000 unit.
Saat ini Murdianto masih bersama pengungsi di kelurahan Pal II, lingkungan 4 kota Menado.
Sebagain warga sudah kembali untuk membersihkan rumahnya dari lumpur. Tapi mereka yang tinggal di pengungsian ini karena rumahnya hancur tersapu banjir.
“Di posko pengungsian ini ada 38 KK yang terdiri dari 20 anak-anak, 7 manula, 31 wanita, dan 3 ibu hamil,” ujar Murdianto.
Bantuan BMH
Hari ini, Jum’at (17/01/2014) BMH bergerak membantu korban banjir bandang Manado. Menurut Suwito Fatah bantuan logistik tersebut untuk membantu korban bencana banjir di Manado.
“Saat ini Tim SAR Hidayatullah masih siaga di Posko Pengungsian, insya Allah hari ini BMH akan menyalurkan bantuan untuk korban banjir di sana,” ujar Suwito.
Murdianto menjelaskan untuk Posko Peduli Bencanan Nasional Banjir Bandang Manado berada di kelurahan Pal 2, Lingkungan 4 kota Menado.
“Posko tersebut berdekatan dengan Masjid Ashhabul Kahfi yang masih penuh lumpur setinggi pinggang orang dewasa,” ujar Murdianto. Waktu banjir datang airnya hampir menenggelamkan kubah masjid.
BMH membuka Sedekah Peduli Bencana Sinabung dan Manado di rekening bank Mandiri 5530111999 an. Baitul Maal Hidayatullah atau layanan jemput donasi 08888352528. SMS center 085697774777.*/kiriman Abu Ilmia