Hidayatullah.com– Kota Palu, Sulawesi Tengah, sudah mulai membaik hingga Rabu (10/10/2018). Berdasarkan pantauan, aktivitas pemerintahan serta sebagian kecil usaha masyarakat kembali hidup. Di toko-toko pakaian, konter pulsa, sebagian kecil warung makan pada daerah-daerah yang tidak terlalu parah menerima dampak gempa dan tsunami terlihat mulai ada aktivitas.
Meski demikian, masyarakat masih menggunakan tenda untuk tidur pada malam hari. Rumah mereka hanya untuk aktivitas siang hari seperti mandi dan mencuci.
Dampak gempa terhadap psikis para korban masih jelas menyisakan trauma yang cukup panjang, belum bisa dipastikan sampai kapan. Karena hampir setiap hari gempa susulan datang walau dalam skala di bawah 5,5 skala richter.
Baca: Masa Tanggap Darurat Sulteng Diperpanjang jadi 13-26 Oktober
Bandara serta pelabuhan yang sudah kembali beroperasi normal membuat bantuan dengan mudah masuk ke kota Palu. Bantuan yang berlimpah justru menimbulkan sedikit masalah lain, karena kebanyakan bantuan yang datang berupa pakaian yang tidak semua wilayah terdampak bencana membutuhkan.
Hanya masyarakat pesisir pantai serta wilayah yang desanya terdampak likuifaksi seperti Jono Oge, Petobo, dan Perumnas Balaroa saja yang membutuhkan bantuan pakaian. Sedangkan untuk di wilayah lain relatif, para pengungsi tidak terlalu membutuhkan karena pakaian dan harta benda mereka selamat.
Baca: ‘7 Pelajaran dari Gempa NTB Agar Tak Terulang di Sulteng’
“Kami butuh beras, gula, serta makanan-makanan yang lebih sehat. Kalau pakaian, baju kami di rumah pun masih banyak. Tapi beras, gula, dan makanan sehat sangat kami butuhkan,” ungkap Bapak Dirsa (46) ketika tim layanan kesehatan Islamic Medical Service (IMS) berkunjung untuk memberikan layanan untuk para pengungsi.
“Layanan kesehatan seperti ini juga penting untuk kami. Contohnya ibu yang menerima luka bakar akibat tersiram air panas yang ketika gempa datang dia sedang masak. Rumah sakit sibuk mengurusi jenazah-jenazah sehingga banyak yang tidak tertangani. Terima kasih sudah bersedia memberikan bantuan kepada kami,” lanjut salah seorang anggota dewan adat Kelurahan Taipa yang juga merupakan koordinator posko pengungsian Malino, Taipa Ginggiri, Palu.
Baca: TASK Hidayatullah: Evakuasi Mayat, Distribusi Logistik, Pelayanan Medis Pengungsi
IMS telah mengirimkan relawan semenjak 3 hari setelah kejadian gempa dan tsunami yang terjadi pada Jumat (28/09/2018) lalu. Kemudian 3 hari setelahnya, menyusul tim medis beserta obat-obatan. Selain penanganan di posko induk, tim medis IMS juga melakukan layanan pengobatan keliling ke wilayah lainnya yang belum tersentuh oleh medis.
Di bawah TASK Hidayatullah, IMS bersinergi dengan BMH dan SAR Hidayatullah. Kerja sama juga dijalin Hidayatullah Peduli Palu dengan para relawan lainnya dari berbagai lembaga dan ormas.* Imron
Berita gempa dan tsunami Palu bekerjasama dengan Dompet Dakwah Media