Sejumlah pesawat tempur dan helikopter AU Filipina memanfaatkan cuaca cerah hari Minggu (18/5) untuk memulai gempurannya terhadap kubu pertahanan kelompok Muslim. Serangan bom dan roket dalam aksi penumpasan anti-teroris militer Filipina itu mengakibatkan lebih dari 50 gerilyawan Muslim tewas terbunuh, demikian menurut para pejabat militer.
Presiden Gloria Macapagal Arroyo Sabtu memberikan wewenang kepada militer untuk menggunakan serangan udara dan artileri terhadap ‘unsur teroris’ yang dipersalahkan melakukan serangan bom akhir-akhir ini di kawasan Mindanao.
Arroyo —yang tidak menyebutkan nama spesifik sasaran serangan dalam ofensif militer tersebut — mengumumkan melalui pidato televisi sebelum dia meninggalkan Filipina menuju AS.
Namun, Jend. Narciso Abaya, kepala staf AB, mengatakan serangan itu akan diarahkan terhadap sejumlah kubu tertentu kelompok MILF (Moro Islamic Liberation Front) di Mindanao.
Pasukan pemerintah berhasil menewaskan lebih dari 50 gerilyawan Muslim dalam satu operasi besar anti-teroris di Filipina Selatan, kata seorang pejabat senior militer.
Militer menembakkan sedikitnya 135 rentetan artileri ke posisi MILF di dua daerah di pulau Mindanao dalam lebih 24 jam terakhir, kata kepala militer Filipina Selatan Mayjen Roy Kyamco pada wartawan. Sampai sejauh ini belum ada jenazah yang ditemukan.
Bantahan MILF
Seorang jurubicara gerilyawan bagaimanapun membantah bahwa kelompoknya menderita korban dalam operasi yang dimulai Sabtu di daerah Lanao dan juga di Liguasan Marsh di Mindanao tengah itu.
“Militer menembakkan banyak rentetan meriam kecil dan mortir di kota Poona Piagapo, Munai dan Kauswagan,” kata jurubicara MILF Eid Kabalu, yang berbicara melalui telepon.
“Kami masih belum memiliki laporan mengenai korban pada kedua belah pihak,” kata dia, yang menambahkan bahwa gerilyawan MILF berhasil membunuh tiga tentara dalam satu bentrokan terpisah Sabtu di dekat kota Mlang di Mindanao tengah. Militer tidak melaporkan adanya korban di daerah itu.
Pertempuran juga dilaporkan Minggu di semenanjung Zamboanga dan juga di Provinsi Maguindanao serta Sultan Kudarat.
MILF yang memiliki 12.500 gerilyawan telah melancarkan perang gerilya selama 25 tahun untuk membebaskan dirikan menjadi wlayah Islam di sepertiga bagian selatan dari pulau Filipina yang sebagian besar warganya beragama Katholik Roma itu.
Arroyo menuduh MILF memiliki hubungan dengan kelompok garis keras setempat dan asing, termasuk Al-Qaida, yang oleh AS dianggap sebagai dalang serangan 11 September 2001 di AS, dan Jamaah Islamiyah yang dipersalahkan dalam pemboman di Bali, Indonesia, Oktober tahun lalu.
Dia mengancam untuk menyatakan MILF sebagai “organisasi teroris” kecuali kelompok itu menghentikan gelombang pemboman dan serangan yang telah meminta hampir 100 jiwa di Mindanao sejak Maret. MILF membantah telah menjadikan warga sipil sebagai sasaran.
Kyamco menyatakan, tiga batalion infantri dan dua batalion marinir – berkekuatan lebih dari 3.000 tentara – telah dikerahkan di Mindanao sejak dikeluarkan perintah Arroyo itu, untuk memperkuat tiga divisi angkatan darat dan dua brigade marinir yang telah dikerahkan secara tetap ke daerah itu. “Para komandan divisi itu diberi peluang lagi untuk menambah tentara di daerah operasi mereka,” katanya.
Sebelumnya, pemerintah Filipina menggagalkan sepihak rencana perundingan damai dengan pihak MILF yang telah direncakan di Kualalumpur Malaysia. Bagaimanapun perubahan sikap keras Arroyo itu –dengan memutuskan menggunakan jalan militer — setelah dirinya bertemu dengan utusan AS. Arroyo berkali-kali mengatakan Filipina adalah adik kandung negara Pamas Sam (ap/wpd/cha)