Hidayatullah.com–Seperti ditulis media Italia, dilaporkan bahwa seorang khatib asal Universitas Alk-Azhar berkhotbah dan menyerukan jihad saat berkunjung ke Italia. Khobah itulah yang menyebabkan pemerintah Italia harus mendeportasinya.
Apa yang ditulis beberapa media Italia tentang deportasi atas dai (penceramah) utusan Al-Azhar itu benar dan dia tidak pernah menyerukan perang jihad dalam khotbahnya di Roma, kata Sekjen Lembaga Riset Islam Universitas Al-Azhar, Prof Dr. Syeikh Wafa Abu Agour di Kairo Kamis (26/6).
Islamic Center di Roma yang dilengkapi masjid itu dibangun pemerintah Arab Saudi atas prakarsa Raja Fahd Bin Abdul Aziz, dengan tujuan menjadi pusat penerangan tentang Islam di kalangan masyarakat Barat, sehingga tidak selalu curiga terhadap Islam.
Dia menjelaskan, sebetulnya imam mesjid itu bukan dideportasi pihak berwenang setempat, tetapi yang benar adalah dipanggil pulang oleh pihak Al-Azhar karena diancam akan diracuni.
Syeikh Agour mengungkapkan, dalam khotbahnya yang dihebohkan kalangan masyarakat dan media massa Italia, imam masjid itu hanya mendoakan keselamatan dan kemenangan bagi pejuang-pejuang Muslim di Irak, Palestina, dan Chechnya.
Jadi, sama sekali tidak menyerukan perang jihad, tetapi sekedar mendoakan. Namun kalangan Italia termasuk persnya salah memahami khotbah tersebut, ujarnya.
Dikemukakan, sejauh ini Al-Azhar tidak pernah mengirim utusan ke luar negeri yang bersikap garis keras. Utusan Al-Azhar ke luar negeri itu telah dibekali pengetahuan yang cukup mengenai toleransi dan tidak membuat onar di negeri orang, karena misi utama mereka adalah berdakwah guna menyampaikan penerangan yang benar tentang Islam.
Sementara itu, menurut data Al-Azhar, sejumlah 12.600 utusan Al-Azhar saat ini berbakti di berbagai negara termasuk di negara-negara Barat untuk mengemban misi tersebut. Kegiatan utusan Al-Azhar di luar negeri itu umumnya sebagai pengajar, dosen, dan berdakwah. (wpd/ant)