Hidayatullah.com–Dokumen setebal 11.000 halaman tersebut mengungkapkan belasan kasus penyiksaan yang dilakukan pasukan Marinir AS terhadap tahanan Iraq, tulis AP, Rabu (15/12) kemarin. Dokumen itu meliputi kasus-kasus yang terjadi di belasan tempat tahanan Iraq, kecuai Penjara Abu Ghraib. Keputusan pemerintah untuk mengeluarkan dokumen NCIS terjadi karena tuntutan sejumlah lembaga, termasuk American Civil Liberties Union (ACLU) dan The Center for Constitutional Rights.
Kasus paling menonjol dalam dokumen ini terjadi Juni 2003 di Diwaniyah. Kala itu Marinir AS memerintahkan empat anak-anak Iraq pelaku penjarahan untuk berlutut. Mereka dipaksa membuka mulut dan pasukan mengarahkan moncong pistol ke mulut mereka. Petugas berpura-pura siap mengeksekusi tahanan.
Dokumen bertanggal 13 April 2003 menunjukkan Marinir AS menyiramkan cairan berbahan alkohol ke tangan tahanan dan membakarnya. Insiden itu terjadi di kamp penahanan AS di Al Mahmudiya. Kasus lain terjadi Mei 2003 di Karbala di mana pasukan AS menodongkan pistol di kepala tahanan, sementara tentara yang lain memotret.
Aksi pembakaran tangan tahanan Iraq juga terjadi di Kamp Dogwood, Iskandariyah. Pelakunya Marinir AS dan kini yang bersangkutan telah mendapat hukuman kurungan 90 hari. Direktur Pelaksana ACLU Anthony D Romero meminta Pentagon serius menangani kasus pelanggaran HAM tersebut. Ia menilai kasus seperti itu tidak akan terjadi jika ada kepemimpinan yang efektif.
Dokumen NCIS yang kemarin dirilis, bukanlah dokumen berkualifikasi sangat rahasia. Ia yakin jika yang dibuka dokumen sangat rahasia, akan lebih banyak lagi kasus pelanggaran HAM yang terkuak. Menurut data sementara ada 19 tahanan AS di Afghanistan dan Irak yang meninggal. ACLU meminta kasus ini diselidiki.
Sementara itu jubir Deplu AS Richard Boucher terkejut karena mendengar kabar bahwa pembantu-pembantu Saddam Hussein akan diadili pekan depan. Pernyataan tersebut muncul dari PM Iraq Iyad Allawi. Boucher menduga yang dimaksud Allawi hanyalah menghadirkan terdakwa di persidangan, jadi lebih berupa ‘hearing’ bukan sidang sebenarnya.
Sebagaimana diketahui ada 11 pembantu Saddam yang masuk katagori tahanan kelas satu. Kemungkinan mereka inilah yang akan diadili. Termasuk dalam kelompok 11 ini antara lain ialah Deputi Pm Tareq Aziz dan Ali Hassan Al Majid. Menteri HAM Iraq, Bakhtiar Amin mengatakan Saddam saat ini ditahan di Kamp Cropper.
Pemerintah Iraq mengeluarkan statemen mengenai keberhasilannya membunuh keponakan Saddam, yakni Izzedin Al Majid. Sebelum kembali ke Iraq, Izzedin pernah tinggal di Inggris beberapa tahun. Irak juga mengaku berhasil membunuh Hassan Ibrahim Farhan, pembantu Abu Musab Al Zarqawi.
kekejian di penjara Abu Ghraib mencuat setelah beberapa media massa internasional memuat foto-foto kebengisan dan kebiadaban para prajurit AS terhadap tahanan Iraq.
Dari gambar-gambar yang dipublikasikan, para tawanan tidak hanya dianiaya. Mereka, ditelanjangi, disiksa, kepala mereka ditutup dengan kain, mereka juga dikencingi sambil berdiri. Seorang tawanan mengaku, mereka disodomi dan seret dengan menggunakan tali.
Seperti dikutip The Washington Post, ada juga foto-foto yang menunjukkan tiga sampai empat tahanan telanjang diikat menjadi satu di lantai di luar sel mereka sambil ditonton serdadu-serdadu AS.
Salah seorang anggota pasukan AS, Sabrina Harman (26) mengaku, dia bersama anggotanya dari Kompi Polisi Militer ke-372 mendapatkan pengarahan dan perintah itu dari petugas militer intelijen AD, agen pelaksana CIA, dan kontraktor sipil yang menjalankan interogasi di Iraq. Boleh jadi, sikap keji para pasukan AS di Iraq itu memang perintah resmi militer AS. (ap/kr/hid)