Jum’at, 9 September 2005
Hidayatullah.com—Animo masyarakat Mesir ikut Pemilu kali ini banyak diprediksi menurun drastis. Rakyat banyak memilih golput. Beberapa pihak menilai Mubarak banyak melakukan kecurangan. Gejala ini, rupanya membuat Amerika Serikat (AS) tak ikut tinggal diam. Seperti dilaporkan Kantor Berita Fox News, Amerika mengkritik mekanisme pelaksanaan pilpres Mesir.dalam menyikapi kritikan dari partai dan faksi oposisi pemerintahan Presiden Mesir, Husni Mubarak, mengenai terjadinya kecurangan dalam Pemilu.
Kementerian Luar Negeri AS menyoalkan tidak dilibatkannya pengawas internasional dan tidak diijinkannya para kandidat untuk mengunjungi sejumlah tempat pemilihan suara.
Sebelumnya, Komisi Pemilihan Umum Mesir menyatakan, hanya hakim-hakim negara dan kandidat dari sejumlah partai yang diijinkan untuk mengawasi pelaksanaan pemilu dan pemerintah Kairo menolak keterlibatan para pengawas asing dalam pemilu.
Pemerintah Mesir khususnya Komisi Pemilu juga mendapat kritikan dari berbagai lembaga termasuk lembaga HAM yang mengecam penolakan Komisi Pemilu Mesir atas keterlibatan para pengawas internasional dan dalam negeri yang independen.
Pemilu yang digelar Rabu kemarin, merupakan pilpres multi-kandidat pertama Mesir yang dimeriahkan dengan persaingan 10 kandidat, sejak terpilihnya Husni Mubarak sebagai presiden pada tahun 1981.
Unggul
Meski ada 10 kandidat, wajah Husni Mubarak lebih mewarnai di seluruh negeri dibanding kandidat lain.
Sejak jauh hari, hasil pemenang pemilu Mesir sudah bisa ditebak. Perolehan suara sementara menunjukkan, Mubarak unggul jauh dibanding sembilan pesaingnya.
"Mubarak meraup 70 persen suara sah," ujar sumber komisi pemilu yang menolak menyebutkan namanya dengan alasan tidak berwenang mengumumkan hasil penghitungan suara.
Sisa suara, lanjut sumber itu, dibagi dua pesaing terberat, Ayman Nour dari Partai Al-Ghad dan oposan gigih serta Noaman Gomaa dari Partai Wafd, pemimpin kelompok oposisi paling tua di Mesir.
Kemenangan Mubarak memang sudah diprediksi. Kali terakhir, presiden yang dijuluki "Firaun terakhir" ini menang lewat referendum yang calonnya dirinya sendiri dengan 93,3 persen suara pada 1999.
Bila Mubarak unggul lebih dari 50 persen sampai hitungan akhir, dia menang tanpa perlu ada pemilu putaran kedua. Penghitungan suara akan berakhir hari ini, bukan Sabtu besok seperti perkiraan semula.
Citra pemilu presiden multikandidat pertama ini memang tidak cemerlang. Pemerintah melarang pengamat independen internasional memantau pemilu itu dengan dalih mengganggu kedaulatan Mesir. Mubarak termasuk melarang calon presiden dari partai Islam, Al-Ikhwan Al-Muslimun.
Karena itu, ditengarai Pemilu kali ini banyak orang memilih golput. Animo rakyat pergi ke tempat pemungutan suara sangat rendah. Meski pemerintah tidak menyebutkan angka, KPU memperkirakan rakyat yang tidak mencoblos alias golput mencapai 70 persen. Total pemilik hak suara Mesir mencapai 32 juta orang. (irib/afp/ap/cha)