Senin, 12 September 2005 , Hal.5
Hidayatullah.com–Mantan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad, Jumat (9/9), mengatakan bahwa aksi-aksi yang dilakukan AS dan Inggris selama invasi dan pendudukan di Iraq
tidak ada bedanya dengan teroris.
Dia juga menyebut bahwa pilot-pilot AS dan Inggris yang membom dan membunuh rakyat sipil Irak adalah pembunuh. Menanggapi pernyataan tersebut, beberapa diplomat AS dan Inggris langsung meninggalkan ruangan saat Mahathir menyampaikan hal itu dalam sebuah pidato pada konferensi hak-hak asasi nasional di Malaysia.
Mahathir, yang yang pernah memerintah Malaysia selama 22 tahun sebelum mundur pada tahun 2003, kini aktif dalam gerakan membela hak-hak asasi di negaranya.
Dia juga sering dikritik telah menangkap para tersangka tanpa pengadilan dibawah undang-undang keamanan dan juga karena dia telah memenjarakan mantan deputi PM Anwar Ibrahim.
Selama ini Mahathir kerang mengutuk pembunuhan ribuan warga sipil Iraq akibat invasi dan pendudukan pasukan koalisi pimpinan AS. Dia membandingkan tindakan-tindakan AS dan Inggris
di Iraq dengan serangan roket orang Israel ke Palestina, dan menyebut negara-negara itu sebagai
negara-negara teroris.
”Saat pilot-pilot pembom Inggris dan AS datang, tidak ada yang menentang, aman dan nyaman menekan tombol menjatuhkan bom-bom, untuk membunuh dan menghancurkan. Dan saat kembali ke negara mereka, pembunuhan-pembunuhan tersebut akan mereka rayakan sebagai ‘Misi yang Berhasil’,” ujar Mahathir soal invasi Iraq.
”Siapa yang teroris? Orang-orang yang berada di bawah dan dibom atau para pembom? Siapa yang seharusnya ditangkap?,” tandas Mahathir. Dia juga bertanya kenapa tidak ada jumlah korban di pihak Iraq secara pasti, sementara setiap korban di pihak AS selalu dicatat.
”Tentara-tentara inilah yang seharusnya dibunuh. Namun rakyat Iraq yang tewas karena tindakan AS atau perang sipil di Iraq dimana AS juga ikut berperan adalah warga sipil yang tidak berdosa dibawah kediktatoran Saddam Hussein seharusnya dibiarkan hidup,” lanjut Mahathir.
Mahathir, yang saat berkuasa merupakan sekutu AS dalam melawan terorisme, meskipun dia menentang perang di Iraq dan Afghanistan, mencatat bahwa alasan Washington menginvasi Iraq adalah karena Saddam memilki senjata massal.
”Tapi kita semua tahu hal itu hanya bohong. Dan yang lebih buruk lagi kekuatan yang seharusnya melindungi rakyat Iraq, telah melanggar hak-hak asasi internasional dengan menangkap orang-orang Iraq dan menyiksa mereka di Guantanamo, Abu Ghraib dan tempat-tempat yang lain,” ujar Mahathir seraya menyebut beberapa kam penjara AS.
Komisioner Tinggi Inggris Bruce Cleghorn dan beberapa pejabat tidak dikenal yang kebetulan hadir dalam konferensi itu langsung meninggalkan ruangan di saat Mahathir sedang berpidato. Diplomat Inggris dan AS itu belum bisa dimintai komentar.
Hamdan Adnan, seorang pejabat yang mendukung Komisi Hak-hak Asasi Nasional menggambarkan tindakan para diplomat tersebut sangat tidak sopan.
”Jika mereka mengklaim sebagai pendukung demokrasi kenapa mereka tidak mendengarkan?,” ujar dia.
Pidato semacam itu sudah menjadi ciri khas Mahathir, yang sering melancarkan serangan kepada negara-negara Barat dan Israel saat dia berkuasa. Dia sering menuduh kaum Yahudi telah mendiskreditkan kaum muslim. (AP)