Hidayatullah.com–Ketegangan antara Israel dengan Iran memasuki babakan baru. Menteri Prasarana Israel yang juga politisi senior dari partai konservatif Kadima, Shaol Mofaz, mengakatakan pihaknya tengah bersiap-siap untuk menyusun rencana penyerangan terhadap Iran jika negeri Persia itu tetap meneruskan program nuklirnya.
Dalam sebuah wawancara dengan surat kabar terkemuka Israel, Yedioth Ahronoth, Mofaz mengatakan bahwa opsi-opsi diplomatik terkait program nuklir Iran telah tertutup, dan satu-satunya cara untuk menyelesaikan masalah tersebut adalah dengan opsi militer.
”Opsi diplomatik telah buntu dan tertutup. Upaya-upaya internasional terkait program nuklir Iran selama ini tidak membuahkan hasil. Kami tegaskan, jika Iran tetap meneruskan program nuklirnya, maka kami akan menyerang Iran,” demikian tegas Mofaz kepada Yedioth Ahronoth, seperti dikutip surat kabar Timur Tengah, Akhbaralaalam (8/6).
Pernyataan Mofaz ini dikemukakan menyusul kunjungan PM Israel Ehud Olmert ke Washingtonpada minggu lalu (3/6). Di Gedung Putih, Olmert banyak membincang masalah nuklir Iran. Olmert menyeru kepada masyarkat internasional untuk bersama-sama ”mengambil sikap tegas” (baca: berkonfrontasi) terkait program nuklir Iran dengan ”segala cara yang memungkinkan”.
Israel, yang oleh banyak kalangan dianggap sebagai satu-satunya negara di Timur Tengah yang memiliki senjata nuklir secara terselubung, menganggap Iran sebagai ancaman terbesar, karena, di samping kekuatan militer Iran yang patut diperhitungkan, juga karena program nuklir republik Islam itu yang terusberkembang. Di satu sisi, Iran, dibawah pengawasan badan atom internasional IAEA, telah menegaskan bahwa program nuklirnya semata-mata bertujuan damai.
Terkait pernyataan Mofaz, Iran, melalui wakil Iran untuk PBB Mohammad Khazaee, melayangkan nota protes Sekjen PBB, Ban Ki-moon, dan Dewan Keamanan PBB. Nota tersebut berisi tuntutan untuk mengecam Israel.
Iran menjelaskan, pernyataan ancaman serangan oleh Israel terhadap sebuah negara independen dan anggota PBB seperti Iran merupakan pelanggaran terhadap ketentuan internasional, bahkan bertentangan dengan asas piagam PBB. Oleh sebab itu, pernyataan Israel harus direaksi secara tegas oleh PBB.
Kecaman terhadap Mofaz tak hanya datang dari Iran, tetapi juga dari dalam negeri Israel, utamanya dari kalangan pejabat tinggi. Sebagaimana diberitakan Aljazeera, mereka menilai pernyataan Mofaz tak lebih dari sekedar mencari sensasi politik dan upaya menaikkan pamornya di tubuh partai Kadima. Matan Vilnae, wakil menteri pertahanan Israel, menuduh pernyataan Mofaz sebagai penyalahgunaan isu sensitif internasional (nuklir Iran) untuk komoditi politik pribadi. [jzr/ala/atj/hidayatullah.com]