Hidayatullah.com–Hasil jajak pendapat terbaru yang diumumkan hari Kamis (18/11), menunjukkan semakin banyak warga Amerika Serikat menentang perang di Afghanistan.
Jajak pendapat yang dilakukan Universitas Quinnipac juga menunjukkan, sebagian besar warga AS ingin agar larangan gay di militer mengakui penyimpangan seksual mereka secara terbuka dicabut.
Lima puluh persen dari responden yang disurvei mengatakan, seharusnya Amerika Serikat tidak terlibat dalam perang di Afghanistan. Sementara 44% lainnya mendukung program perang pemerintah mereka itu.
Dalam jajak pendapat sebelumnya yang dilakukan Quinnipac pada 9 September lalu, 49% mendukung perang AS di Afghanistan, sementara penentangnya hanya 41%.
Warga yang merupakan pendukung Partai Demokrat–partainya Obama–ternyata banyak yang menentang kehadiran pasukan AS di Afghanistan. Menurut survei angkanya mencapai 64%.
Sementara warga dari pendukung Partai Republik–yang kerap berseberangan dan mengkritik kebijakan Obama–justru banyak yang mendukung perang. Angkanya 64 banding 31 dengan warga Republik yang menentang perang.
Di kalangan kelompok independen, jumlah penentang perang Afghanistan mencapai angka 54%.
Dari kelompok keluarga militer, perbandingannya hampir imbang. Sebanyak 49% mendukung kebijakan perang pemerintah dan 47% berpendapat para prajurit harus segera dipulangkan.
Hasil jajak pendapat itu dikeluarkan sebelum KTT NATO digelar pekan ini di Lisabon, Portugal, di mana Obama dan para petinggi negara pengikut perang di Afghanistan akan membicarakan perang mereka di negara atap dunia itu, berikut rencana penyerahan kendali keamanan ke pemerintah setempat mulai tahun depan.
Terkait kebijakan “Don’t Ask, Don’t Tell”, sebanyak 58% responden ingin agar kebijakan itu dicabut. Sementara 38% lainnya ingin agar kebijakan penyembunyian identitas gay dalam militer terus diberlakukan.
Pendukung penghapusan kebijakan itu dari kalangan keluarga militer juga cukup tinggi, yaitu 55%. Hanya 38% anggota keluarga militer yang menolak pencabutan peraturan tersebut.
Jajak pendapat oleh Universitas Qunnipac itu dilakukan pada tanggal 8-15 Nopember 2010 dengan melibatkan 2.424 pemilih yang tersebar di seluruh wilayah Amerika. Penelitian menerapkan margin error sebesar 2%. [di/klj/afp/hidayatullah.com]