Hidayatullah.com–Sebuah organisasi Yahudi terkemuka, Simon Wiesenthal Centre (SWC) menyerukan agar band anak-muda Jepang, Kishidan, meminta maaf karena tampil di televisi dengan mengenakan seragam yang mirip tentara Jerman, SS.
Dalam sebuah pernyataannya, organisasi yang berpusat di Los Angeles itu menyatakan terkejut dan prihatin tentang penampilan itu.
SWC tersengat siaran MTV karena memperdengarkan wawancara dengan kelompok band bersangkutan yang menggunakan kostum seragam mirip tentara Nazi. Gara-gara ulah enam orang anggota band Kishidan itu, organisasi Yahudi ini mengaku “terkejut” dan “cemas”.
“Tidak ada alasan untuk kebiadaban seperti itu,” ujar rabi Yahudi Abraham Cooper, associate dean the Simon Wiesenthal Center dalam protesnya kepada MTV-J, Sony Music Artists dan pimpinan Avex Group.
Organisasi HAM Yahudi itu menggarisbawahi bahwa banyak kaum muda Jepang tidak mendapat pendidikan tentang apa yang ia sebut sebagai ‘kejahatan kemanusiaan’ yang dilakukan tentara Jepang pada masa Perang Dunia Kedua.
“Sebagai seseorang yang telah mengunjungi Jepang lebih dari 30 kali, saya menyadari sepenuhnya bahwa anak muda Jepang banyak yang menyedihkan pendidikannya tentang kejahatan terhadap kemanusiaan yang dilakukan selama PD II oleh Kekaisaran Jepang di Asia, apalagi tentang ‘Final Solution’ genosida Nazi Jerman melawan orang-orang Yahudi di Eropa.”
“Tapi entitas global seperti MTV dan Sony Music harus tahu lebih baik,” tambahnya.
Sebelum ini, Oktober 2010, politisi Partai Republik, AS, Rich Iott dikritik karena fotonya yang mengenakan seragam Nazi muncul di internet. Meski anggota majelis rendah Kongres dari Ohio ini berpendapat, yang ia lakukan sebatas memerankan kembali masa-masa sejarah yang beragam tanpa bermaksud untuk ‘tidak menghormati’ siapapun di militer AS, sikapnya banyak dikecam Yahudi.
“Saya tidak mendukung apapun yang seperti ini,” tegas salah seorang motor Partai Republik di Kongres, Eric Cantor, mengkritik aksi Rich Iott dikutip Fox News.
Yahudi selama ini menggunakan stigma “anti-Semit” atau “pro-Arab” sebagai senjata politik untuk memojokkan lawan mereka yang berani mengeritik Israel dan Yahudi.
David Irving, sejarawan Inggris, pernah diputuskan penjara oleh Pengadilan Austria setelah menulis buku “Hitler’s War” yang isinya meragukan terjadinya pembantaian terhadap Yahudi pada era Nazi. Ia, antara lain, tak menemukan fakta adanya kamar gas untuk pembunuhan massal. Atas pengaruh Yahudi, Austria bahkan memiliki undang-undang yang menganggap penyangkalan Holocaust sebagai tindak pidana.
Selain di Austria, di beberapa negara Eropa dan AS, ada semacam peraturan bagi siapa pun yang menolak Holocaust, akan terhitung sebagai “anti Semit” dan berpotensi terkena hukuman. Hanya sikap seperti ini tak jerjadi pada penodaan dan pelecehan pada Islam.*