Hidayatullah.com–Mengapa orang-orang China belakangan sulit mengulurkan tangannya untuk membantu orang lain yang sedang kesusahan di jalan? Apakah karena malas, atau hilang kepekaan sosialnya akibat resesi ekonomi?
Menurut catatan jurnalis China, Yi Song, jawabannya adalah karena jika mereka menolong orang lain, bisa jadi si penolong malah ketiban sial.
Dalam beberapa insiden kecelakaan terakhir, para pengemudi dan pejalan kaki berusaha menolong sejumlah orang tua yang terjatuh saat menyeberang jalan. Sialnya, usai menolong mereka justru mendapat tuntutan karena dituding telah menabrak orang tua yang mereka bantu.
Bagi sebagian orang, kamera CCTV yang merekam situasi di tempat kejadian, dapat membantu mereka bebas dari tuduhan sesat itu. Tapi bagi yang tidak punya saksi dan tidak bisa mengajukan bukti, maka tidak jarang mereka harus membayar kompensasi kepada orang yang ditolongnya. Jumlahnya tidak tanggung-tanggung, bisa mencapai ribuan dolar.
Orang-orang tua China itu nekat membuat tuduhan palsu tidak lain karena luka yang dideritanya. Jika terjatuh, mereka harus membayar biaya perawatan rumah sakit yang terkadang tidak murah. Biaya rumah sakit itu bahkan lebih membuat trauma dibanding rasa sakit yang ditimbulkan lukanya.
Sebagai reaksi dari keadaan tersebut, maka orang-orang jompo itu kemudian mencari kambing hitam, yang bisa membayarkan tagihan biaya rumah sakit. Tidak peduli apakah yang orang mereka tuduh itu benar atau salah.
Malangnya, akibat ketidakpedulian warga China itu pula, seorang pria berusia 88 tahun meninggal dunia.
Pada 2 September kemarin pria itu jatuh di pasar dekat rumahnya di Wuhan. Karena tidak ada orang yang bersedia menolong, akhirnya ia baru diangkut ke rumah sakit satu jam kemudian. Nyawanya melayang, akibat tidak bisa bernapas karena gumpalan darah menyumbat batang hidungnya.
Nasib pria tua itu seperti ungkapan ‘tidak ikut makan nangka tapi kena getahnya’. Akibat teman-teman sesama manulanya yang sering membuat tuduhan palsu, orang-orang jadi enggan membantu dirinya.*