Hidayatullah.com–Masjid-masjid di Belanda tidak lagi hanya memberikan ceramah dalam bahasa Arab. Kebiasaan itu menurut penelitian Universitas Utrecht dipelopori oleh Muslim Suriname.
Dilansir Radio Nederland (24/12/2011), Peneliti Nico Landman mengatakan kepada ANP bahwa perkembangan itu logis, karena bahasa Belanda adalah bahasa yang umum dipakai oleh komunitas Suriname di Belanda. Di negara kincir angin itu terdapat sekitar 20 masjid orang keturunan Suriname.
Seorang imam di Amsterdam, Yassin Elforkani, mengatakan bahwa masjid yang memberikan ceramah dalam bahasa Belanda di kalangan komunitas Maroko juga bertambah. Misalnya, Masjid Ulu di Utrect dan Masjid Biru di Amsterdam.
Menurut Elforkani, penggunaan bahasa Belanda dalam ceramah di masjid antara lain bertujuan untuk menjangkau pemuda Muslim Belanda, yang kebanyakan tidak mengerti bahasa Arab. Anak-anak Maroko di Belanda juga lebih suka menggunakan bahasa ‘Londo’ saat berkomunikasi di situs jejaring sosial di internet.
Meskipun demikian, sebagian besar dari 200-an masjid Maroko di Belanda masih memberikan ceramah dalam bahasa Arab. Mereka biasanya memberikan ringkasan dalam bahasa Belanda di akhir ceramah.
Berbeda dengan komintas Turki, menurut penelitian Landman, bahasa daerah orang-orang Turki masih dominan dipakai baik di dalam maupun di luar masjid.*
Keterangan foto: Masjid Sultan Ahmad di Amsterdam, didirikan oleh komunitas Muslim Turki.[ANP]