Hidayatullah.com—Mungkin ini belum pernah terjadi sepuluh tahun lalu.Di pinggiran Bogota, Kolombia terdapat sebuah pelayanan unik yang melakukan penyebaran Injil.
Setiap Sabtu, sekelompok kecil penggemar musik heavy metal berkumpul di pinggiran ibukota Kolombia.
Meskipun terlihat seperti sebuah konser atau pesta karena mereka melompat dan melempar-lemparkan rambut panjang mereka, tetapi para rocker ini benar-benar berkumpul untuk beribadah kepada Tuhan Yesus.
Pendeta Cristian Gonzalez, 31, pendiri gereja ini menyebut gerejanya ‘Pantokrator’, sebuah istilah Yunani yang berarti “semua kuat.” Di tempat ini, ia mengkhotbahkan pesan cinta dan penerimaan.
“Saya berpikir bahwa jika Yesus hadir sekarang, dalam fisik, ia akan menerima semua orang tanpa membedakan atau menghargai siapa pun,” kata Gonzalez kepada CBN News dikutip jawaban.com.
“Apakah itu tato atau tindik, kitab Korintus mengatakan ada orang yang mungkin menilai Anda berdasarkan penampilan Anda, tetapi mereka tidak bisa menilai hati Anda,” ujarnya.
Menurut pengakuan Gonzales, sampai dengan sekarang ibadah rutin Pontraktor diikuti oleh sekitar 50 orang. Jumlah ini, tambahnya, akan terus bertambah mengingat mereka terus melakukan penjangkauan ke lingkungan kelompok-kelompok heavy metal yang ada di kawasan tersebut.
Sementara itu, Ana Maria Cabrera, salah seorang gadis berusia 21 tahun menceritakan kepada CBN News tentang bagaimana ia mendapati sosok yang selama ini ia cari lewat gereja Pantroktrator.
“Saya menemukan Tuhan di sana,” ungkapnya. “Dia adalah teman setia yang selalu bersama dengan Anda, yang tidak melepaskan tangan Anda. Dia adalah Allah yang tinggal dekat dengan Anda dan membuat Anda merasa memiliki seseorang dengan Anda 24 jam sehari.”
“Itulah yang benar-benar penting, tidak peduli seperti apa Anda atau apa musik yang Anda dengarkan,” pungkasnya.
Terlepas dari penampilan mereka, sebagian besar anak muda ini mengklaim mereka bebas dari narkoba dan alkohol.
“Jika Anda melihat orang berkumpul di gereja ini, Anda akan melihat bahwa setiap orang dari mereka memiliki senyum di wajah mereka,” tutur Cabrera.
Disko
Sebelumnya di tahun 2008, sebuah gereja di Skandinavia juga punya cara menarik simpati remaja yang mulai enggak ke gereja. Yaitu dengan menggelar aksi musik serupa. Langkah ini digunakan oleh gereja di negara Skandinavia dan diterapkan oleh hampir semua gereja di seluruh negeri.
“Ini benar-benar ide yang hebat”, kata Akseli Inkinen (17 tahun), salah seorang siswa sekolah menengah, saat setelah selesai tampil dalam aksi metal mass-nya di gereja Lutheran di Maentsaelae, sebuah kota kecil di utara Helsinki.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Belum lama ini, sebuah geraja All Saints di Stockholm, Swedia menyulap altar menjadi lantai dansa dan tempat disko. Dentuman musik keras, diikuti lenggokan para jemaat, Sebelum pendeta menyampaikan siraman rohani.
Pemandangan ini, rutin ditemukan setiap pekan di Gereja All Saints. Ide gila ini dicetuskan pertama kali oleh pendeta Olle Idestrom sebagai upaya gereja untuk menarik anak-anak muda, setelah kehadiran mereka mengikuti kebaktian terus berkurang selama beberapa dekade.
Olle Idestrom mengatakan sudah mengorganisasikan acara ini kedua kali danumpan baliknya dinilai cukup positif.
“Sudah ada misa hip hop, ada misa rock dan jazz,” kata pendeta berumur 28 tahun ini dikutip laman usatoday.com. Wah, jika saja di Barat popular dang-dut, apa gereja juga disulat jadi panggung joget?*