Hidayatullah.com–Pihak kepolisian Kenya menangkap dua agen Inteligen Iran yang berencana melakukan serangan ledakan ke pusat komunitas Israel di Nairobi. Sayed Mansour Mousavi dan Ahmad Abolfathi Mohammad tertangkap dengan membawa bahan peledak seberat 16.5 kilogram pada hari 19 Juni 2012.
Menurut Asociated Press (AP), Sayed dan Abolfathi disinyalir merupakan bagian dari kelompok perlawanan Garda Revolusi Quds yang merupakan pasukan pengawal revolusi buatan Iran. Mereka ditugaskan untuk menyerang semua aset-aset bisnis Israel, Amerika hingga Arab Saudi di Kenya.
Pemerintahan Israel sendiri telah mengirimkan tim inteligennya untuk melakukan interogasi terhadap para tersangka. Menurut kantor perdana menteri Israel Benyamin Netanyahu sebelumnya Iran telah mengirimkan orang untuk membunuh duta besar Arab Saudi pada musim gugur lalu.
“Dan mereka juga melakukan serangan di Azerbaijan, Bangkok, Tbilisi dan New Delhi, sekarang niat untuk melakukan serangan di Afrika terungkap,” jelas press realease kantor Perdana Menteri Israel ini mengingatkan masyarakat international untuk sama-sama memerangi kelompok Iran yang juga mereka sebut sebagai sindikat terorisme.
Perang Inteligen antara Iran, Israel dan Amerika memang telah berlangsung lama. Pada tahun 2002, pernah terjadi ledakan di Hotel milik Israel di Bombasa dan berhasil membunuh 13 warga Israel di sana. Setelah kejadian itu selama beberapa tahun terakhir, sedikitnya lima ilmuwan terkait dengan program nuklir Iran telah tewas, dan Iran menuduh Amerika Serikat, Inggris dan Israel bertanggung jawab atas serangan tersebut.
Ada apa dengan Iran Versus Israel?
Sejak syahidnya Syeikh Ahmad Yassin dan Abdul Aziz Rantisi dari HAMAS, Iran bermain peran secara international untuk lantang memerangi Amerika dan Israel dan membela Palestina. Namun pada kondisi yang sama Iran juga mensubsidi bantuan persenjataan bagi Syiah Iraq yang membakar masjid-masjid Sunni di Iraq.
Saat ini Iran menjadi donatur penting bagi Bashar Assad yang dikatakan ingin digulingkan oleh inteligen Israel dan Amerikat Serikat. Namun Bashar Assad sendiri memiliki perjanjian politik mengenai dataran tinggi Golan sejak 50 tahun yang lalu. Dimana perjanjian ini sangat menguntungkan pihak Israel dan merugikan rakyat Palestina.
Israel yang dituding bersekongkol dengan Amerika, Arab Saudi, Qatar dan NATO untuk menjatuhkan Bassar Assad sendiri menurut sumber Al Jazeera Arabic Channel kepada hidayatullah.com, pada hari Rabu (15/06/2012) telah membuka perbatasannya untuk tentara Bassar Assad sebagai jalur praktis menembus perkampungan Mujahidin Anti Bassar Assad dan melakukan pembantaian warga sunni dikampung tersebut pada subuh hari waktu Suriah.
Faktanya pembunuhan terhadap 14 Ribu warga sunni di Suriah bukan karena mereka pro Amerika, tapi kebanyakan karena mereka menolak ketidakadilan Bashar Assad.*