Hidayatullah.com—Para pejabat lokal di Benghazi, Libya, mengajak warga untuk melakukan mogok massal selama tiga hari mulai Selasa (26/11/2013), menyusul bentrokan antara kelompok bersenjata dengan tentara.
Seruan mogok dikumandangkan oleh Dewan Kota Benghazi, kata sebuah sumber, ketika pejabat di kementerian pertahanan berunding dengan kelompok Anshar al-Syariah guna memberikan kelompok tersebut jalan aman keluar dari kota dengan syarat meninggalkan persenjataannya.
Hari Senin (25/11/2013) selama beberapa jam tentara bentrok dengan Anshar al-Syariah, kelompok yang dituding bertanggungjawab atas serangan kantor perwakilan diplomatik Amerika Serikat yang mengakibatkan kematian duta besarnya tahun 2012 – sebuah tudingan yang disangkal oleh Anshar al-Syariah.
Kementerian kesehatan mengatakan 7 orang tewas dan sekitar 50 lainnya luka-luka akibat bentrokan hari Senin itu, mengoreksi angka korban tewas sebelumnya yang disebut 8 orang.
Koresponden AFP melaporkan, bentrokan terjadi pada petang hari, kemudian tentara dikerahkan ke seluruh wilayah Benghazi, mengambil alih kontrol jalan-jalan utama dan penting.
Para pemimpin suku dan tokoh-tokoh politik Benghazi berupaya mengakhiri serangan dan bentrokan bersenjata yang terus terjadi sejak pemimpin Libya Muammar Qadhafi digulingkan dan dibunuh.
Senin malam Perdana Menteri Ali Zeidan, yang baru datang dari London untuk berunding dengan pejabat AS dan Inggris mengenai bentrokan bersenjata di negaranya, terbang ke Benghazi untuk bertemu dengan para pejabat keamanan setempat.
Pekan lalu, Amerika Serikat mengatakan berharap dapat melatih 5.000 – 8.000 tentara Libya seperti yang diminta Zeidan.*