Hidayatullah.com—Kepala badan urusan hak asasi manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa hari Senin (14/4/2014) mengecam penyiksaan yang terjadi di penjara-penjara di Suriah, baik oleh pihak rezim maupun kelompok oposisi.
“Dalam konflik bersenjata, penyiksaan merupakan sebuah kejahatan perang. Ketika itu dilakukan secara sistematis atau meluas, yang mana hampir seperti itulah yang terjadi di Suriah, itu juga merupakan sebuah tindak kejahatan atas kemanusiaan,” kata Navi Pillay pimpinan Komisaris Tinggi HAM PBB.
“Saya mendesak pemerintah dan kelompok-kelompok oposisi bersenjata di Suriah segera menghentikan penggunaan siksaan dan perlakuan buruk, serta membebaskan semua orang yang ditahan secara sewenang-wenang dan jelas-jelas melanggar standar HAM internasional. Mereka yang ditahan harus diperlakukan manusiawi,” kata Pillay dilansir Al-Arabiya.
Pernyataan Pillay sejalan dengan laporan yang dirilis kantornya, yang berisi antara lain kesaksiaan dari para korban dan saksi penyiksaan.
“Saat tiba di sebuah fasilitas detensi, para tahanan secara rutin dipukuli dan dipermalukan selama beberapa jam oleh penjaga yang dikenal sebagai ‘pesta penyambutan’,” kata laporan itu, seraya menambahkan bahwa hal itu dialami oleh semua tahanan baik laki-laki, perempuan maupun anak-anak.
“Kebanyakan adalah para aktivis -sering kali mahasiswa- dan juga pengacara, personel medis dan pekerja kemanusiaan, dan sebagian mengalami hal itu hanya karena berada di tempat dan waktu yang salah,” tulis laporan tersebut.
Sementara itu, oposisi Suriah meminta agar Amerika Serikat memberikan “respon yang pantas” atas apa yang mereka sebut sebagai genosida yang dilakukan oleh pasukan loyalis Presiden Bashar Al-Assad di Aleppo, kota terbesar kedua di Suriah, lapor Reuters dikutip Al-Arabiya.
Dalam sebuah surat ditujukan kepada Menteri Luar Negeri Amerika Serikat John Kerry bertanggal 8 April kemarin, pimpinan Koalisi Nasional Suriah Ahmad Jarba menolak tudingan yang mengatakan bahwa pasukan oposisi menarget warga Kristen dan menodai tempat-tempat suci di Latakia, provinsi di Suriah yang terletak di tepian Laut Tengah.
“Pekan-pekan lalu, rezim Assad melakukan pemboman intensif ke Aleppo … dengan bom-bom terbuat dari tong minyak, tanpa pandang bulu membunuh dan melukai banyak warga sipil … menghancurkan seluruh pemukiman penduduk sehingga menimbulkan eksodus massal para pengungsi,” kata Jarba dalam suratnya.*