Hidayatullah.com–Gereja-gereja di Ceko mendukung masyarakat Muslim lokal yang telah mengeluhkan penggerebekan di pusat-pusat agama Islam saat sedang berlangsung shalat.
Dua penggerebekan terjadi 25 April di Praha saat polisi menahan seorang pria Ceko berusia 55 tahun dan menuduhnya dengan rasialisme karena menerbitkan sebuah buku yang diduga menyebarkan rasialisme, anti-Semitisme, xenofobia, dan kekerasan melawan “ras-ras inferior.”
Diberitakan VOA, Senin (5/5/2014), seorang diplomat Indonesia termasuk dalam 20 orang yang ditahan, sehingga memicu protes dari kedutaan besar.
Joel Ruml, Wakil kepala Dewan Ekumenikal Gereja, organisasi yang memayungi gereja-gereja, mengatakan Jumat (2/5), aksi-aksi penggerebekan itu merupakan “pelanggaran serius” atas hak-hak umat agama dan polisi seharusnya meminta maaf pada mereka.
Pastor Katolik Tomas Halik menyebut di laman lokal, penggerebekan itu “dosa”.
Ratusan Muslim melakukan shalat Jumat di dekat gedung Kementerian Dalam Negeri sebagai bentuk protes. Polisi diprotes karena melakukan penghinaan atas umat Islam dengan cara provokatif di dalam masjid selama empat jam dengan menggunakanm sepatu bot dan senjata. Aparat kepolisian beralasan mencari distributor buku anti-Semitisme, padahal buku itu dijual bebas di beberapa toko buku dan dapat dipesan secara online dengan mudah.
Kepala Wakaf Islam di Republik Ceko Munib al- Rawi menyebut tragedi ini dengan Black Friday. Ia bersama jamaahnya melakukan shalat Jumat di alun-alun dekat gedung Kementerian Dalam Negeri.
Menurut ia, pelaksanaan shalat Jumat di lokasi tersebut mempunyai dua tujuan. Pertama, untuk menginformasikan kepada publik Ceko secara luas dan terbuka tentang apa yang terjadi di dalam masjid. Dan kedua untuk mengekspresikan kecaman serangan yang dilakukan polisi minggu lalu di tempat Muslim di Praha.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
“Kami tidak mengecam pemerintah Ceko dan badan-badan pemerintah lainnya untuk melaksanakan tugas yang dipercayakan kepada mereka, tetapi kami mengungkapkan ketidaksukaan terkait cara yang dilakukan polisi dalam melawan kejahatan terorganisasi karena mereka sama sekali mempertimbangkan waktu dan lokasi.”
Osama al-Badri, salah satu jamaah yang hadir di masjid selama penggerebekan, mengatakan kepada Aljazeera, polisi masuk masjid berseragam dan dengan sepatu bot serta melakukan kekerasan fisik sambil meneriakkan ancaman untuk menembak untuk menyebarkan teror di antara jamaah dan mempermalukan mereka.*