Hidayatullah.com–Presiden Amerika Serikat Barack Obama mengizinkan penggunaan pesawat mata-mata untuk mengintai pergerakan ISIS/ISIL di Suriah, kata seorang pejabat militer.
Keputusan hari Selasa (26/8/2014) itu bisa jadi menandai awal serangan udara pertama Amerika Serikat dengan target di dalam wilayah Suriah.
Keterangan tersebut disampaikan oleh pejabat AS kepada kantor berita Associated Press secara anonim sebab dia bukan orang yang berwenang untuk membicarakan masalah kebijakan Obama.
Amerika Serikat sudah melancarkan serangan udara atas ISIS/ISIL di Iraq. Namun, Gedung Putih mengatakan Obama belum membuat keputusan apakah akan mengambil tindakan militer di dalam wilayah Suriah.
Sebelumnya kantor berita Reuters mengabarkan bahwa Washington berencana mengirim pesawat pengintai termasuk pesawat tanpa awak (drone) untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang pasukan ISIL/ISIL yang menguasai sejumlah wilayah di Iraq dan Suriah.
The Wall Street Journal juga mengabarkan bahwa Pusat Komando AS, yang mengawasi pasukan Amerika yang diterjunkan di Timur Tengah, sudah meminta tambahan pesawat pengintai untuk dipergunakan di Suriah.
Pesawat pengintai itu akan memberikan informasi tambahan dari apa yang sudah dikumpulkan oleh satelit-satelit dan informan AS, tulis WSJ.
Joshua Landis, seorang pengamat Suriah terkemuka, mengatakan kepada Aljazeera bahwa para penasihat presiden mengatakan kepada Obama bahwa AS hanya akan bisa mencerabut akar ISIS/ISIL jika negaranya ikut terlibat di Suriah.
Tetapi Obama menghadapi dilema, sebab AS tidak punya partner di Suriah, kata Landis. Baik rezim Suriah maupun sebagian dari oposisi yang moderat tidak ada yang bisa dijadikan sekutu yang dapat diandalkan oleh Washington.
Para pejabat AS, lapor Reuters, pernah mengatakan secara privat bahwa Washington tidak punya rencana untuk meminta persetujuan dari Damaskus soal penerbangan militer apapun.
Sementara itu pemerintah Suriah hari Senin kemarin memperingatkan bahwa mereka harus dilibatkan dalam koordinasi jika ada serangan udara terhadap kelompok ISIS/ISIL di Suriah.
Dalam sebuah konferensi pers di Damaskus Menteri Luar Negeri Suriah Walid Al-Muallim mengatakan negaranya bersedia bekerjasama dengan komunitas internasional –termasuk rivalnya AS dan Inggris– untuk berperang melawan terorisme dan mengimplementasikan Resolusi DK-PBB 2170.
Pada 15 Agustus lalu secara bulat Dk-PBB sepakat untuk melemahkan kelompok-kelompok bersenjata di Iraq dan Suriah dengan memutus aliran dana mereka dan mencegah orang asing ikut bergabung bersama mereka.
Resolusi itu menarget baik kelompok ISIS/ISIL maupun kelompok Front Al-Nusra beserta afiliasinya.
Namun demikian, pemerintah Damaskus menganggap resolusi itu ditujukan tidak hanya untuk kedua kelompok tersebut, tetapi diterapkan untuk seluruh kelompok yang berusaha menggulingkan kekuasaan Presiden Bashar Al-Assad harus dianggap sebagai “teroris”.*