Hidayatullah.com—Jumlah orang yang kehilangan tempat tinggal akibat perang, kekerasan atau pembantaian mencapai rekor pada tahun 2014 dengan angka 59,5 juta orang, kata Perserikatan Bangsa-Bangsa dalam laporannya yang dirilis hari Kamis (18/6/2015).
Angka itu merupakan yang tertinggi yang pernah dicatat lembaga pengungsi PBB, UNHCR, sejak didirikan tahun 1950. Jumlah pengungsi naik 16 persen dari tahun 2013 yang mencapai 51,5 juta orang, lapor Euronews.
Angka itu, yang terdiri dari pengungsi (19,5 juta) dan orang yang kehilangan tempat tinggal tetapi masih bertahan di dalam negeri (38,2 juta), kurang lebih sama dengan jumlah penduduk Italia, negara yang belakangan menjadi batu loncatan para pengungsi dari Afrika menuju Eropa.
Laporan tersebut dimunculkan di tengah-tengah perdebatan sengit Uni Eropa tentang proposal Komisi Eropa agar negara-negara anggota-anggota mau menerima distribusi kuota relokasi 40.000 migran dari Italia dan Yunani.
Konflik di Suriah dan Afrika merupakan penyebab terbesar melonjaknya jumlah pengungsi tahun 2014 di seluruh dunia.
Tahun lalu, Turki menjadi negara yang paling banyak menampung pengungsi. Dari sekitar 1,59 juta pengungsi yang ditampung Turki, sedikitnya 1 juta orang berasal dari Suriah.
Setelah Turki, negara kedua terbanyak menampung pengungsi tahun 2014 adalah Pakistan dengan 1,51 juta orang, dan disusul Libanon dengan 1,15 juta orang.
Data PBB menunjukkan bahwa negara-negara berkembang jauh lebih banyak menampung pengungsi daripada negara-negara kaya.
Dua puluh tahun silam, negara-negara kaya menampung hanya 30 persen pengungsi dunia, sementara negara-negara berkembang 70 persen.
Tahun 2014, negara-negara berkembang menampung 86 persen pengungsi dunia, atau sekitar 12,4 juta orang.
Sejak PBB mulai mengeluarkan laporan mengenai orang-orang yang kehilangan tempat tinggal (pengungsi dalam negeri) di tahun 1989, angka pengungsi dalam negeri tahun ini mencapai rekor tertinggi dengan 38,2 juta orang. Angka itu naik dari 23,9 juta di akhir 2013.
Jumlah tersebut termasuk 5,1 juta pengungsi Palestina, yang mendapatkan bantuan khusus dari lembaga urusan pengungsi PBB khusus Palestina, UNRWA.*