Hidayatullah.com—Gelombang hawa panas yang melanda kota terbesar di Pakistan, Karachi, dan sejumlah distrik di Provinsi Sindh membuat sedikitnya 130 orang kehilangan nyawa.
Pejabat kesehatan Provinsi Sindh, Saeed Mangnejo, kepada AFP mengatakan bahwa pemerintah provinsi telah memberlakukan keadaan darurat di rumah-rumah sakit, membatalkan izin cuti dokter dan staf medis lain, serta menambah jumlah pasokan obat-obatan.
Kota Karachi mengalami temperatur udara setinggi 45 derajat Celcius pada hari Sabtu (20/6/2015), atau 2 derajat lebih rendah dari rekor terpanas 47 derajat Celcius pada Juni 1979.
Kepala bagian UGD di RS Jinnah, Dr Seemin Jamali, mengatakan lebih dari 100 orang telah meninggal karena di rumah sakit itu gelombang udara panas.
Kebanyakan korban adalah orang berusia lanjut, kata Jamali kepada situs berita Dawn seperti dilansir Aljazeera. Korban nyawa berjatuhan sejak hari Sabtu.
Departemen Meteorologi Pakistan mengatakan suhu udara akan turun dalam beberapa hari ke depan. Namun, para dokter menyarankan agar masyarakat menghindari paparan sinar matahari langsung dan menganjurkan mereka mengenakan pakaian katun.
Kondisi hawa panas tersebut diperburuk dengan putusnya aliran listrik, sehingga penduduk kota Karachi yang mencapai 20 juta jiwa tidak dapat menyalakan pendingin udara dan kipas.
Selain itu, pemadaman listrik juga mengakibatkan kurangnya jutaan liter pasokan air yang sehari-hari dibutuhkan warga.
Perdana Menteri Nawaz Sharif memperingatkan perusahaan-perusahaan listrik agar menjaga pasokan listrik ke warga dan enegaskan bahwa pemerintah tidak akan memberikan toleransi pemadaman listrik selama bulan puasa Ramadhan ini.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Universitas Karachi mengumumkan akan menunda ujian, setidaknya satu bulan, hingga gelombang udara panas lewat.
Edhi Welfare Organisation, lembaga amal terbesar di Pakistan, mengatakan pihaknya telah menambah kapasaitas kamar mayat untuk menampung korban hawa panas hingga 150 jasad.
“Kami telah menguburkan sekitar 30 mayat tak dikenal agar tersedia tempat di kamar mayat ini,” kata seorang pengurus Edhi, Anwar Kazmi, kepada AFP.*