Hidayatullah.com–Intidada Al Quds atau disebut Intifadah ke-3 yang dilancarkan oleh pemuda-pemudi Palestina dinilai memiliki akhlak yang luhur, karena mereka tidak akan menyakiti anak-anak kecil.
“Contohnya adalah konfrontasi yang terjadi beberapa minggu lalu di daerah Nablus, daerah Itsahar. Pemuda Palestina menikam dua pemukim ilegal Yahudi. Lantas ada seorang anak kecil Yahudi di sana, mereka biarkan dan tidak menyakitinya,” terang Misy’al di sela sela kunjungannya di Afrika Selatan.
“Mereka tidak akan berbuat jahat kepada anak kecil. Apalagi menumpakan darahnya,” pungkas Misy’al.
Demikian yang disampaikan oleh Biro Politik HAMAS, Khalid Misy’al kepada Al Jazeera, Bahara Arab, Rabu (21/10/2015) dalam kunjungannya ke Afrika Selatan.
Namun hal berbeda jika yang melakukan kejahatan adalah tentara Zionis atau pemukim ilegal Yahudi terhadap warga Palestina.
“Warga Palestina melempar seorang Tentara Zionis lengkap bersenjata. Bisa dipastikan Zionis akan balik menyerang rumah nya. Kemudian menyeret nya ke penjara bertahun-tahun lamanya,” terang Misy’al.
“Tapi lain cerita jika sebaliknya. Segerombolan pemukim ilegal Yahudi membakar rumah warga Palestina dan membunuh semua penghuninya. Maka Zionis tidak mempermasalahkan hal tersebut,” tambahnya.
“Demikianlah karakter penjajah. Penjajahan yang sudah kalian hadapi di Afrika Selatan. Sedang kami masih melawan di Palestina,” pungkasnya.
Sebagaimana diketahui, perlawanan pemuda Palsetina terhadap pihak Zionis dan pemukim illegal Yahudi pecah di segala penjuru Palestina. Di Al Quds, Hay 48, Tepi Barat, dan Gaza.
Keadaan mulai tidak terkendali semenjak 31 Juli lalu 2015 lalu, ketika segerombolan pemukim ilegal dan ekstrimis Yahudi di Kota Al Quds membakar rumah keluarga Palestina. Mereka membakar hidup-hidup penghuni rumah tersebut, termasuk Ali Dawabisyah yang masih menyusu di umurnya 1,5 tahun syahid bersama kedua orangtua dan kakaknya.
Misy’al bersama delegasi HAMAS lainnya datang ke Afrika Selatan memenuhi undangan Presiden Jacob Zuma. Dalam kunjungan tersebut Afrika Selatan berjanji akan membantu kemerdekaan Palestina. Sebaliknya HAMAS mengaku akan belajar dari Afrika Selatan yang berhasil mengusir Penjajah dari Negeri mereka.*